Siap-siap! Mendag Bilang 2022 Penuh Gejolak Harga Pangan

Siap-siap! Mendag Bilang 2022 Penuh Gejolak Harga Pangan

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 10 Mar 2022 14:34 WIB
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menutup gelaran Trade Expo Indonesia (TEI) ke-36 Digital Edition kemarin. Hingga hari terakhir penyelenggaraannya, acara yang dilaksanakan sejak 21 Oktober 2021 berhasil membukukan total nilai transaksi sebesar US$ 6,06 miliar.
Mendag M Lutfi/Foto: Dok. Kemendag
Jakarta -

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memprediksi harga komoditas pangan mengalami gejolak pada 2022. Tentu fenomena itu juga akan dipenuhi dengan banyak tantangan.

"Saya ingin menegaskan, tahun 2022 ini bukan tahun yang mudah. Saya prediksi tahun ini penuh dengan tantangan. Tahun yang penuh dengan gejolak," ujar Lutfi saat membuat rapat kerja Kementerian Perdagangan 2022, Kamis (10/3/2022).

Lutfi mengungkap bukti gejolak harga pangan tergambar dari naiknya indeks-indeks Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) sejak Februari 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Indeks sudah naik 140,7 poin, atau meningkat 20,7% secara year on year dibanding periode sama tahun lalu. Dan ini tertinggi sejak 2011, ketika itu terjadi supercycle seperti hari ini kenaikannya hanya 130,6 point. Artinya temperaturnya jauh lebih tinggi dari tahun 2011," jelasnya.

Ia membandingkan dengan keadaan pada 2021. Menurutnya tahun lalu meski di tengah krisis pandemi COVID-19, harga pangan hingga inflasi bisa terkendali.

ADVERTISEMENT

"Tahun 2021 meskipun kita masih di tengah COVID-19 kita melewatinya dengan baik. Tetapi, karena sebagian besar kegiatan ekonomi menurun, maka semua harga bisa kita lalui dengan stabil. Inflasi berjalan dengan baik, NTP (nilai tukar petani) naik juga baik. Ini merupakan hasil yang baik. Tahun 2022 menjadi kebalikan 2021," ucapnya.

Jadi, ke depan masalah rantai pasokan yang terjadi akibat pandemi dan gangguan cuaca akan bertambah parah. Salah satu penyebabnya karena adanya konflik antara Rusia dan Ukraina.

"Terbaru konflik Rusia dan Ukraina yang masih berpotensi sebagai problem yang besar di masa yang akan datang," ujarnya.

"Oleh sebab itu COVID-19 belum selesai. Dengan pertikaian ini masalah menjadi lebih komplek, invasi Rusia ke Ukraina telah memicu sanksi ekonomi dari beberapa negara dan itu akan melemahkan proses globalisasi," tutupnya.

Simak juga Video: Mendag Ungkap Penyebab Minyak Goreng Jadi Langka dan Mahal

[Gambas:Video 20detik]



(ara/ara)

Hide Ads