Hasil Polling: Banyak yang Tidak Setuju Harga Minyak Goreng Dilepas ke Pasar

Hasil Polling: Banyak yang Tidak Setuju Harga Minyak Goreng Dilepas ke Pasar

Iffa Naila Safira - detikFinance
Jumat, 18 Mar 2022 13:03 WIB
Harga Minyak Goreng
Foto: Harga Minyak Goreng (M Fakhry Arrizal/detikcom)
Jakarta -

Mayoritas masyarakat tidak setuju apabila harga minyak goreng kemasan dikembalikan ke harga pasar. Hal ini sesuai dengan hasil polling yang dilakukan pada pembaca detikcom.

Baru-baru ini, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan harga minyak goreng kemasan akan disesuaikan dengan harga keekonomian. Dengan begitu, harga minyak goreng kemasan akan mengikuti harga di pasar.

"Harga (minyak goreng) kemasan lain ini tentu akan menyesuaikan terhadap nilai daripada keekonomian, sehingga tentu kita berharap bahwa dengan nilai keekonomian tersebut minyak sawit akan tersedia di pasar modern maupun di pasar tradisional," kata Airlangga dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/3/2022) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan tersebut sudah berlaku, terbukti dari pantauan langsung detikcom ke sebuah supermarket daerah Setiabudi, Jakarta. Di sana terlihat stok minyak goreng kemasan premium ukuran dua liter dijual dengan kisaran harga Rp 43.900 - Rp 44.000.

Banyak masyarakat yang tidak setuju dengan kebijakan ini. Dalam polling yang dilakukan detikcom selama 24 jam ada 133 orang tidak setuju dengan kebijakan harga minyak goreng ini dan hanya 30 orang saja yang setuju.

ADVERTISEMENT

Alasannya beragam, yang paling umum adalah seharusnya harga minyak goreng bisa lebih stabil karena komoditi ini merupakan kebutuhan pokok yang paling dibutuhkan masyarakat.

"Jgn dilepas dong harganya. Migor slh 1 kebutuhan pokok, kasian masyarakat kecil termasuk saya kalo harga migor sgt mahal. Nanti kalo harganya dibikin naik turun, disaat harganya turun orang berbondong-bondong akan membeli sebanyak yg dimampu ujung2nya masyarakat lah yg juga menimbun. Ini permainan dari mana sih migor bisa mahal harganya bgini!!," kata Regina Ajeng.

"Sebagai bahan pokok, sudah seharusnya migor dapat subsidi dari pemerintah. Masa iya mobil bisa dapat keringanan tp migor gak bisa," kata Faisat.

Tidak sedikit juga masyarakat menilai harga minyak goreng yang dikembalikan ke harga pasar, terlalu membebani disaat ekonomi masih dalam masa pemulihan.

"Memberatkan masyarakat yang penghasilan nya pas2an," kata Yanies Rifai.

Lihat juga video 'Jerit Penjual Gorengan: Sekarang Stok Minyak Goreng Banyak, Tapi Mahal!':

[Gambas:Video 20detik]



Berambung ke halaman selanjutnya.

Menurut Johnson Siallagan yang juga tidak setuju karena apabila harga Crude Palm Oil (CPO) dunia turun, belum tentu harga minyak goreng di Indonesia akan turun juga.

"Wong waktu itu ada kebijakan HET karna harga ga terkontrol, sekarang malah dilepas ya balik lagi ga terkontrol lah, kalo harga & ketersediaan normal, emak2 ga kan panic buying. Yg kudu tahan diri tuh penguasa dan pengusaha, jgn buat kebijakan unt kepentingan kelompok, ko kayanya berat bgt unt buat keputusan demi kepentingan rakyat" ujar Dudung.

Tidak sedikit juga yang bertanya-tanya, mengapa harga minyak goreng bisa begitu mahalnya padahal Indonesia sendiri merupakan negara terbesar penghasil kelapa sawit.

"Negara gudang kelapa sawit, masa minyak mahal???," ujar Kuat666.

Selain yang tidak setuju, banyak masyarakat yang menganggap kembalinya harga minyak goreng ini malah bisa membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih sehat, karena hanya sedikit yang mau membeli minyak goreng dengan harga yang terbilang mahal.

"daripada di patok murah tapi barang nya ga ada , mendingan di lepas mekanisme pasar tp barang berlimpah , nanti juga turun sendiri harga nya , lagian bagus kalo mahal lebih sehat , kolestrol berkurang , wkwkwkwkwkwkwkw" ujar pengamat komen.

Di sisi lain, ada juga yang terpaksa setuju lantaran kehilangan stok dimana-mana.

"Daripada murah tapi barangnya kaga ada?????," ujar Abahedi.

Menurut Eko Yudi, dengan harga minyak goreng yang dikembalikan ke harga pasar tidak akan terjadi punic buying sehingga pembeli juga lebih bisa bijak membeli minyak.

"Terpaksa setuju, tapi menterinya harus benar2 di evaluasi itu.. sidak2 pabrik semua produksi tp barang ga sampai ke end user, perbaiki masalahnya harus nya.. jangan kalah dan nyerah dengan penimbun, mafia, dan spekulan.. klo msh begini kerjanya bntr lg welcome kelangkaan gula pasirrr hehehe" ujar Yorisha Setya.


Hide Ads