Rusia sedang terbelit masalah utang piutang. Sanksi-sanksi yang diberikan Barat pasca penyerangan Rusia ke Ukraina membuat aktivitas ekonomi di negara pimpinan Presiden Vladimir Putin tersendat
Sanksi yang diberikan itu menyerang sistem keuangan, ekspor energi, dan cadangan devisa Rusia. Hal itu disinyalir membuat Rusia terancam default atau gagal membayar utangnya.
Rusia menyatakan sebetulnya mempunyai kemampuan untuk membayar utang, hanya saja terhalang sanksi Barat. Sanksi tersebut membuat Rusia tidak bisa menarik setengah dari cadangan mata uang asing mereka yang bernilai US$ 315 miliar atau setara Rp 4.519,30 triliun (kurs Rp 14.347).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk membayar utang. JPMorgan memperkirakan Rusia harus membayar utang internasional Rp 573 triliun yang sekitar setengahnya dipegang oleh investor asing.
Rusia mengklaim telah membayar utang bunga sebesar Rp 1,68 triliun untuk menghindari jatuh tempo. Namun, proses tersebut belum selesai karena persoalan alat pembayaran.
Baca juga: Rusia Terancam Gagal Bayar Utang! |
Disinyalir, Rusia menggunakan aset-aset mereka yang dibekukan di luar negeri sebagai dana pembayaran bunga utang. Jadi, masih belum jelas apakah hal itu bisa diterima atau tidak.
Siluanov mengatakan Rusia sudah membayar utang, tetapi apakah pembayaran itu terlaksana merupakan persoalan lain dan bukan ditentukan mereka.
"Kami punya uangnya, kami sudah memproses pembayaran sekarang bola berada di tangan pengadilan Amerika Serikat," tutur Siluanov dikutip dari CNN, Jumat (18/3/2022).
Apa dampaknya jika Rusia gagal bayar utang? Langsung klik halaman berikutnya