Anggota DPR Minta Damri Dibubarkan, Lho Kenapa?

Anggota DPR Minta Damri Dibubarkan, Lho Kenapa?

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 29 Mar 2022 18:37 WIB
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo (kanan) bersama dengan Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha Perum DAMRI Sandry Pasambuna (kiri) saat peluncuran layanan antarmoda Kereta Api Jarak Jauh dengan Bus DAMRI di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu(2/1/2022). PT Kereta Api Indonesia (Persero) bekerja sama dengan Perum DAMRI untuk menghadirkan layanan antarmoda Kereta Api Jarak Jauh dengan Bus DAMRI. Pelanggan KA Jarak Jauh dapat memesan tiket Bus DAMRI untuk menuju stasiun keberangkatan maupun dari stasiun kedatangan ke tujuan yang diinginkan melalui aplikasi KAI Access.
Bus Damri/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Anggota Komisi VI DPR RI meminta Perum Damri dilikuidasi atau dibubarkan. Alasannya karena bisnis transportasi darat didominasi swasta.

Usulan untuk membubarkan Damri pertama kali dilontarkan oleh Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Golkar, Nusron Wahid. Kehadirannya dinilai sudah tidak sesuai dengan filosofi BUMN di mana jenis usahanya menguasai hajat kebutuhan orang banyak atau penting bagi negara.

"Jadi lebih baik ini kalau menurut saya perusahaan Damri salah satu yang kita usulkan untuk dilikuidasi karena memang crowding out dengan swastanya itu sudah nggak karuan," kata Nusron dalam RDP dengan BUMN transportasi termasuk Perum Damri di Gedung DPR RI, Jakarta Selatan, Selasa (29/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kecuali, kata Nusron, ada terobosan baru yang diciptakan Damri sebagai pembeda dengan swasta lainnya. Selama ini dinilai hal itu tidak terlihat.

"Misal kita jadikan Damri menjadi pionir mobil listrik atau bus listrik. Itu bagus kalau dikhususkan ke sana, tapi kalau hanya melayani bus di Yogyakarta, atau mana untuk apa? Indonesia juga tidak akan mengalami krisis, nggak akan macet ekonomi kalau tidak ada Damri," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Hal yang sama juga dikatakan oleh Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PDIP, Harris Turino. Selain kinerjanya yang mengalami kerugian, bisnis modelnya disebut sudah tidak jelas.

"Saya sepakat ini perlu ditinjau ulang apakah memang BUMN ini masih harus dipertahankan atau diserahkan kepada mekanisme pasar karena dari strategisnya juga sebagai BUMN sudah tidak tercapai," imbuhnya.

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Martin Manurung menyarankan agar bisnis model Damri diarahkan khusus untuk melayani jasa angkut penumpang di daerah.

"Kalau di Jakarta ini saya rasa Damri sudah hampir tidak perlu lagi karena crowding out dengan swasta. Kalau daerah seperti Kaltara sangat perlu Damri. Mungkin di daerah-daerah yang juga pengembangan pariwisata seperti NTB, NTT, Toba," sarannya.

Apa kata Dirut Damri? Cek halaman berikutnya.

Penjelasan Dirut Damri

Direktur Utama Perum Damri Milatia Moemin mengatakan 40% dari rute Damri memang melayani daerah perintis sebagai penugasan dari negara. Selama tidak beroperasi saat awal pandemi COVID-19, pihaknya juga melakukan aksi kemanusiaan.

"Pada saat tidak diperbolehkan jalan, kita harus mengangkut para medis waktu itu dari rumah sakit rujukan ke asrama-asrama mereka. Lalu kemudian dengan shift dan lain-lain kami harus mengembalikan mereka pada shift tertentu. Jadi ada penugasan pemerintah di sini yang tidak bisa dilayani oleh operator lain," bebernya.

Milatia menyebut kinerja bisnisnya yang tidak untung juga akibat dari pandemi COVID-19. Saat ada aturan pengetatan perjalanan, pendapatannya diakui turun lebih dari 70%.

"2018 kami untung, 2019 masih untung. 2020 karena COVID, income kami turun hampir 70% karena kami tidak bisa jalan, rugi Rp 220 miliar. 2021 income mulai naik lagi tapi memang belum normal, masih rugi Rp 170 miliar," ungkapnya.

(aid/ara)

Hide Ads