Lapor Pak Jokowi, Petani Sawit 'Berdarah-darah' Imbas Larangan Ekspor

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 16 Mei 2022 11:38 WIB
Foto: REUTERS/WILLY KURNIAWAN: Petani sawit mengeluhkan anjloknya harga tandan buah segara setelah larangan ekspor berlaku
Jakarta -

Petani sawit mengeluhkan saat ini tangki penyimpanan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sudah terisi penuh. Tidak hanya itu, harga tandan buah segara (TBS) sawit juga turun signifikan.

Kondisi ini dipicu larangan ekspor minyak sawit (CPO/crude palm oil), termasuk minyak goreng, yang diberlakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak 28 April lalu.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia Setiyono mengatakan petani kini kebingungan karena tangki penyimpanan, di mana petani menjual TBS sudah penuh. Belum lagi banyak pabrik kelapa sawit yang memiliki kebun sendiri, sehingga lebih mengutamakan kebunnya.

"Mereka sudah tidak terima TBS lagi dari petani karena sudah penuh," katan Setiyono kepada detikcom, Senin (16/5/2022).

Kemudian, melimpahnya pasokan TBS dan larangan ekspor juga menjatuhkan harga kelapa sawit. Saat ini untuk petani swadaya sekitar Rp 1.800 hingga Rp 2.000 per kilo TBS.

"Untuk yang swadaya ini sudah kewalahan harganya. Kalau yang masuk kemitraan, di Riau saat ini Rp 2.900/kilo. Anjlok, gimana orang dari Rp 4.000/kilo jadi Rp 2.900/kilo," katanya kepada detikcom, Senin (16/5/2022).

Setiyono mengatakan sebenarnya harga TBS normalnya Rp 4.000/kilo. Namun, diakui harga itu masih tidak wajar.

"Harga sawit memang 4.000/kilo, itu sebenarnya tidak wajar. Tetapi jika diimbang harga pupuk yang naik 300% jadi wajar. Tetapi kalau harga CPO saja sudah Rp 17.000/kilo, nggak mungkin minyak goreng dijual Rp 14.000/liter. Karena Rp 17.000 harga sudah mencapai TBS Rp 4.000/kilo," jelasnya.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik




(hns/hns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork