Roni, kawan Rohman juga mengatakan hal yang sama. Menurut pengakuannya, di tahun 2006 yang lalu dia diajak oleh saudaranya untuk bekerja di Jakarta. Dia diajak untuk menjadi pedagang kopi keliling di Jakarta.
"Saya waktu ditawarkan jadi pedagang kopi, tahun itu memang belum banyak, memang besar pendapatannya. Kalau sekarang kan sudah ramai, saingan banyak," cerita Roni kepada detikcom.
Dia mengaku tergiur dengan penghasilan yang diraih saudaranya itu dengan bekerja di Jakarta. Tanpa pikir panjang dengan modal seadanya dia cabut dari kampung halamannya ke Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya jualan dari cuma kopi aja, nggak ada esnya. Satu gelas masih seribuan rupiah, sekarang sudah Rp 5 ribuan," kisahnya.
Meski begitu, saat ini menjajakan kopi di Jakarta sudah sangat sulit. Jumlah starling yang membludak dan pelanggan yang makin sepi membuat peruntungan abang-abang starling makin berkurang.
Bahkan, Rohman menceritakan, di masa awal pandemi mayoritas para starling asal Madura berbondong-bondong pulang kampung. Mereka takut pembatasan aktivitas publik membuat mereka tak bisa berdagang. Sampai sekarang pun menurutnya belum banyak penjaja starling asal Madura yang balik ke Jakarta.
"Yang ada lockdown itu kan semua nggak bisa keluaran, kami balik semua. Rata semua pulang ke Madura. Sebagian belum pulang balik lagi ke sini. Ibaratnya 100 itu masih 30-nya saja di sini," tutur Rohman.
(hal/dna)