Benarkan Karyawan Startup Digaji Fantastis?

Benarkan Karyawan Startup Digaji Fantastis?

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 08 Jun 2022 11:33 WIB
smart confidence asian startup entrepreneur business owner businessman smile hand use smartphone woking in office background
Ilustrasi Karyawan Startup/Foto: Getty Images/iStockphoto/whyframestudio
Jakarta -

Bekerja di perusahaan-perusahaan startup masih menjadi pilihan primadona bagi generasi milenial. Apalagi, kabarnya perusahaan startup ini memiliki budaya kerja yang cocok dengan harapan anak muda khususnya kaum milenial dengan nilai gaji yang fantastis.

Meski begitu, besar kecilnya gaji yang dapat diterima di perusahaan ini tentu bergantung pada seberapa besar pertumbuhan perusahaan startup tersebut serta posisi yang ditempatinya.

Sebelumnya berdasarkan catatan detikcom, dalam sebuah survei pada tahun 2020, gaji yang dapat diterima para pekerja di perusahaan-perusahaan startup ini pun diramal cukup menjanjikan. Ratusan juta per tahun bisa dikantongi para pekerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini tentunya dapat memberikan stigma bahwa semua perusahaan startup dapat memberikan besaran gaji yang fantastis. Namun sebagai informasi, perusahaan startup yang dimaksud ini sendiri terbagi dalam dua bidang yakni sektor teknologi dan industri digital.

Pada sektor teknologi, gaji paling rendah dipatok sekitar Rp 200 juta - 750 juta per tahun. Pekerjaan dengan gaji sebesar ini di antaranya menjadi systems engineer, business analyst, dan data scientist.

ADVERTISEMENT

Sedangkan, dalam sektor industri digital gaji terendah dicatat sebesar Rp 200 - 500 juta per tahun. Pekerjaan dengan gaji sebesar ini di antaranya menjadi SEO manager, UX/UI manager, hingga social media manager.

Untuk gaji tertinggi, pada sektor teknologi tercatat sebesar Rp 1,1 hingga 1,9 miliar per tahun sebagai chief technology officer (CTO). Sedangkan dalam sektor industri digital gaji tertinggi tercatat untuk jabatan head of product dengan jumlah sebesar Rp 1 hingga 1,85 miliar per tahun.

Lihat juga video 'Efek Endemi Buat Startup yang Lahir Saat Pandemi':

[Gambas:Video 20detik]



Namun apakah fakta di lapangan benar demikian? Klik halaman selanjutnya.

Nyatanya untuk sekarang ini kondisi perusahaan-perusahaan startup tidak sebaik dulu. Kondisi ekonomi makro yang buruk hingga reorganisasi Sumber Daya Manusia (SDM) membuat banyak perusahaan startup terpaksa harus melakukan PHK masal.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan saat ini banyak startup kesulitan mencari pendanaan baru karena investor makin selektif dalam memilih startup.

"Saat ini pendanaan untuk startup kian sulit apalagi startup yang mengembangkan layanan yang sudah banyak diberikan seperti transportasi online, digital payment, edutech, e-commerce dan lainnya," kata Heru kepada detikcom, Minggu (29/5/2022).

Dengan sulitnya mendapatkan pendanaan baru, maka efisiensi menjadi langkah yang harus diambil. Langkah itu lah yang baru-baru ini dilakukan LinkAja, Zenius, SiCepat, hingga JD.ID.

Dengan kondisi ini, Heru menilai citra startup yang memberi gaji tinggi dan fasilitas memadai bagi karyawan harus mulai dikurangi. Pasalnya startup harus tetap 'bakar uang' jika mau bertahan dan terus mendulang konsumen.

"Pencitraan gaji tinggi dan fasilitas mewah di startup saatnya dikurangi. Saat ini di masyarakat terjadi penurunan daya beli apalagi banyak kebutuhan utama naik seperti harga BBM, gas, minyak goreng dan lainnya sehingga ada prioritas dan perubahan perilaku masyarakat. Berbelanja, beli makanan atau hal yang tidak prioritas akan dikurangi sehingga startup yang memberikan layanan terkait daya beli masyarakat akan terkoreksi," tuturnya.


Hide Ads