Sayang, dalam pelajaran sejarah Indonesia di era Orde Baru, Uni Soviet lebih ditekankan sebagai pendukung Peristiwa Madiun 1948. Salah seorang tokoh pemberontakan itu adalah Paul Mussotte alias Muso Manowar atau Munawar Muso yang pernah tinggal di Rusia dan dianggap sebagai pemimpin Soviet Madiun. Akibatnya, peran Rusia terhadap kemerdekaan republik ini tak diingat kebanyakan rakyat Indonesia. Hal yang terlanjur terekam kuat adalah bahwa komunis jahat dan negara komunis seperti Soviet sama saja dengan Belanda yang ingin menguasai Indonesia.
Sejak kebijakan Perestroika dan Glasnot yang diprakarsai Mikail Gorbachev di pengujung 1980-an, praktis Rusia bukan lagi negara dengan ideologi komunis. Partai yang berkuasa saat ini, menurut Dubes RI untuk Rusia, 2016-2020, M. Wahid Supriyadi, Partai yang berkuasa saat ini adalah United Russia yang dibidani Putin. Dari total 450 kursi di parlemen, jatah partai komunis cuma 10 persen
"Mayoritas orang Rusia beragama Kristen Ortodoks, dan Islam menjadi agama kedua terbesar dengan jumlah pemeluk 24 juta atau 14% dari total penduduk," tulis Wahid dalam buku "Diplomasi Ringan dan Lucu". Bila pada 1991 di era Boris Yeltsin hanya ada sekitar 840 masjid, ia menambahkan, kini terdapat lebih dari 8000 masjid di Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kembali ke misi damai Jokowi, tentu ada yang pesimistis, skeptis, bahkan sinis menilainya. Meski demikian, apa yang dilakukan Jokowi adalah awal yang baik, sekaligus membuka jalur komunikasi baru dan menimbulkan harapan. Sebab yang sebelumnya dirintis Sekjen PBB dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sepertinya tersendat. Maklum, bagi Putin sepertinya perdamaian hanya dimungkinkan bila Zelensky takluk dan Ukraina bisa dikuasai.
Simak Video "Video: Gaya Gibran Tinjau Istana Wapres Hingga Tanam Pohon di IKN"
[Gambas:Video 20detik]
(jat/zlf)