Langkah AirAsia Ride untuk goyang dominasi Gojek dan Grab pada bisnis ride hailing di Indonesia bakal berat. Menurut ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira pasar transportasi online di Indonesia sudah terlalu ketat dan jenuh untuk dipersaingkan.
Bhima mengatakan untuk menyaingi Gojek dan Grab memang sangat sulit bagi AirAsia. Apalagi, ekosistem kedua aplikasi tadi sudah sangat lengkap dan kuat. Satu-satunya cara untuk bersaing adalah dengan melakukan bakar uang dalam memberikan promo dan diskon secara jor-joran.
"Sejak awal kehadiran transportasi online cara bersaing juga dengan bakar uang, beri promo dan diskon yang besar. Kalau hanya tumbuh organik, market share sepertinya susah merebut dari pemain lama," ungkap Bhima kepada detikcom, Senin (19/9/2022).
"AirAsia harus mengikuti pola persaingan yang sama kalau mau survive, bakar uang lebih besar lagi, alias promo jor-joran," tambahnya.
Pengamat transportasi Darmaningtyas juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, AirAsia Ride pun sudah tahu dan menimbang-nimbang bila ingin terjun ke pasar ride hailing di Indonesia harus siap-siap untuk promo jor-joran.
Murah, selamat, dan kecepatan waktu menjadi kebutuhan utama konsumen. Kata Darmaningtyas, poin pertama akan menjadi perhatian konsumen di Indonesia dalam memilih AirAsia sebagai sarana transportasi online-nya.
"Jadi mereka sudah tahu apa yang dimau oleh konsumen, yaitu tarif yang murah, selamat, dan kecepatan waktu. Pasti tiga hal itu yang akan dimainkan oleh AA untuk merebut pangsa pasar Gojek dan Grab yang sebetulnya relatif sudah mapan," papar Darmaningtyas.
AirAsia Ride sendiri berencana untuk masuk ke pasar ride hailing di Indonesia mulai November mendatang. Rencananya, mereka akan membuka operasi pertama kali di Pulau Bali.
Simak Video "Alasan Tony Fernandes Mundur Sebagai CEO Group AirAsia X"
(hal/das)