Dari sisi penguasaan pasar, menurut ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira langkah AirAsia menggoyang Grab-Gojek akan cukup sulit. Apalagi yang dilawan AirAsia ekosistem aplikasinya sudah sangat lengkap dan kuat.
"Pasar ride hailing sebenarnya sudah terbilang jenuh ya, persaingan ketat sekali. Market share sepertinya susah merebut dari pemain lama. Kemudian ekosistem dari pemain transportasi online yang sudah ada juga lengkap ada e-commerce, pesan antar makanan, sampai ewallet dan paylater," papar Bhima ketika dihubungi detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bhima mengungkapkan AirAsia harus siap-siap merogoh kocek modal dalam-dalam untuk promo kalau ingin mengejar penguasaan pasar dan menggoyang dominasi Gojek-Grab dalam waktu singkat.
"Dari awal kehadiran transportasi online cara bersaing juga dengan bakar uang, beri promo dan diskon yang besar. Apa Air Asia mau cara yang sama? Kalau hanya tumbuh organik, sepertinya akan sangat susah merebut market share," kata Bhima.
Sementara itu, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyebutkan hal yang sama. Bakar uang untuk promo besar-besaran perlu dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat.
"Tentu di tahap awal sebagai bagian dari pengenalan aplikasi AirAsia harus memberikan promo yang menarik bagi calon customer baru mereka sehingga nantinya customer akan terbiasa ataupun mengetahui informasi mengenai aplikasi AirAsia ini," sebut Rendy saat dihubungi detikcom.
AirAsia Ride juga diusulkan untuk memaksimalkan potensi di Bali. Lanjut di halaman berikutnya.
Simak Video "Yang Bikin AirAsia Ride Beda dari Grab dan Gojek"
[Gambas:Video 20detik]