Menimbang Kekuatan Taksi Online AirAsia Goyang Dominasi Grab-Gojek

Menimbang Kekuatan Taksi Online AirAsia Goyang Dominasi Grab-Gojek

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 20 Sep 2022 06:30 WIB
ojol taksi online airasia
Foto: Dok. IG Tony Fernandes
Jakarta -

AirAsia Ride, layanan ride-hailing atau transportasi online asal Malaysia bakal meluncur ke Indonesia dalam waktu dekat. Layanan transportasi online yang satu grup dengan maskapai AirAsia asal Malaysia itu akan membuka layanan di Indonesia mulai November.

Manajemen AirAsia Superapps Indonesia menjelaskan rencananya Pulau Bali dipilih untuk membuka pintu pasar transportasi di Indonesia pada bulan November mendatang. AirAsia Superapps menyatakan saat ini tengah melakukan pengembangan untuk layanan AirAsia Ride pada aplikasinya.

"Saat ini, kami tengah dalam tahap pengembangan untuk layanan AirAsia Ride yang direncanakan akan meluncur pada bulan November mendatang di Bali," sebut manajemen dalam keterangan tertulis kepada, Senin (19/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Manajemen juga menyebutkan sejauh ini AirAsia Ride baru berencana untuk membuka layanan taksi online saja, bukan layanan ojek online. "Kami akan membuka layanan transportasi online roda empat," sebut manajemen.

Sebagai pendatang baru, AirAsia Ride digadang-gadang dapat menggoyang dominasi Grab dan Gojek pada pasar transportasi online. Sebesar apa peluangnya?

ADVERTISEMENT

Menurut pengamat transportasi Darmaningtyas pada hakikatnya banyaknya penyedia layanan akan sangat baik bagi masyarakat. Dengan begitu masyarakat bisa mendapatkan pilihan terbaik, potensi penguasaan pasar pun bisa diminimalisir.

"Kemunculan AirAsia ini yang pasti kalau untuk konsumen makin banyak pilihan akan makin baik," sebut Darmaningtyas ketika dihubungi detikcom.

Dia sendiri cukup yakin AirAsia Ride mampu bertahan dan bersaing di pasar transportasi online yang ada di Indonesia. Apalagi dengan nama dan pengalaman AirAsia sebagai salah satu maskapai besar di Asia Tenggara.

Pengalaman dan nama besar sebagai maskapai ini menurutnya dapat digunakan AirAsia untuk memberikan pelayanan yang berbeda dari pesaingnya. "Meski di industri penerbangan, tapi AA (AirAsia) kan dah punya pengalaman panjang melayani konsumen," ungkap Darmaningtyas.

Tambah lagi, Darmaningtyas menyatakan kabarnya AirAsia Ride bakal menampung para driver menjadi karyawan. Maka bukan tidak mungkin, para driver taksi online yang sudah ada saat ini akan berbelok ke AirAsia. Ini menjadi nilai tambah bagi AirAsia Ride untuk mendapatkan sumber daya terbaik dan ujungnya untuk bersaing dengan pesaingnya di Indonesia.

"Yang saya dengar, AirAsia akan menjadikan driver sebagai karyawan, bukan mitra. Kalau betul, mereka menjadikan driver sebagai karyawan maka banyak driver Gojek dan Grab yang akan pindah ke AA, sehingga bisa menggoyang pasar Gojek dan Grab," papar Darmaningtyas.

"Itu justru lebih baik karena akan menimbulkan persaingan yang sehat dan menguntungkan driver maupun masyarakat," sebutnya.

Faktanya, AirAsia Ride memang sudah menerapkan sistem kerja bagi para driver-nya sebagai karyawan perusahaan. Nantinya, para driver juga akan mendapatkan gaji bulanan. Hal ini sudah berlaku di Malaysia.

Meski begitu, ketika ditanya apakah hal ini akan berlaku di Indonesia atau tidak, manajemen AirAsia Superapps tidak menjawab secara tegas.

Mereka hanya bilang akan mempertimbangkan visi jangka panjang dalam membangun basis pengemudi internalnya. Pihak AirAsia Superapps menyatakan akan menyesuaikan kebijakan disesuaikan dengan kondisi pasar dan peraturan pemerintahan yang berlaku di Indonesia.

"Tentunya kami juga memiliki visi jangka panjang untuk membangun basis pengemudi internal. Dalam prosesnya, kami tetap harus menyesuaikan pada kondisi market setempat serta peraturan pemerintah yang berlaku untuk skema dan model bisnis yang diterapkan," ungkap manajemen.

Yang jelas, manajemen menyatakan pihaknya akan membuka semua kemungkinan soal status kerja para drivernya nanti di Indonesia. Bukan tidak mungkin skema karyawan seperti di Malaysia bisa juga diterapkan.

"Di samping itu, kami juga tidak menutup kemungkinan pada bentuk kolaborasi ataupun peluang lainnya untuk menyelaraskan kebutuhan berbagai pemangku kepentingan di dalam ekosistem operasional Airasia Ride, termasuk bagi pengemudi dan pelanggan," tutup manajemen.

Salah satu cara AirAsia Ride bisa bersaing dengan Gojek-Grab adalah bakar uang. Baca di halaman berikutnya.

Dari sisi penguasaan pasar, menurut ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira langkah AirAsia menggoyang Grab-Gojek akan cukup sulit. Apalagi yang dilawan AirAsia ekosistem aplikasinya sudah sangat lengkap dan kuat.

"Pasar ride hailing sebenarnya sudah terbilang jenuh ya, persaingan ketat sekali. Market share sepertinya susah merebut dari pemain lama. Kemudian ekosistem dari pemain transportasi online yang sudah ada juga lengkap ada e-commerce, pesan antar makanan, sampai ewallet dan paylater," papar Bhima ketika dihubungi detikcom.

Bhima mengungkapkan AirAsia harus siap-siap merogoh kocek modal dalam-dalam untuk promo kalau ingin mengejar penguasaan pasar dan menggoyang dominasi Gojek-Grab dalam waktu singkat.

"Dari awal kehadiran transportasi online cara bersaing juga dengan bakar uang, beri promo dan diskon yang besar. Apa Air Asia mau cara yang sama? Kalau hanya tumbuh organik, sepertinya akan sangat susah merebut market share," kata Bhima.

Sementara itu, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyebutkan hal yang sama. Bakar uang untuk promo besar-besaran perlu dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat.

"Tentu di tahap awal sebagai bagian dari pengenalan aplikasi AirAsia harus memberikan promo yang menarik bagi calon customer baru mereka sehingga nantinya customer akan terbiasa ataupun mengetahui informasi mengenai aplikasi AirAsia ini," sebut Rendy saat dihubungi detikcom.

AirAsia Ride juga diusulkan untuk memaksimalkan potensi di Bali. Lanjut di halaman berikutnya.

Kemudian Rendy menyarankan AirAsia Ride melakukan promo berupa bundling layanan. Pariwisata Bali jadi fokusnya, kebetulan Pulau Bali pun jadi pilihan pertama AirAsia untuk membuka layanannya. Misalnya promo penjemputan di bandara yang digabungkan dengan tiket pesawat.

"Aplikasi ini juga bisa dikoneksikan dengan transportasi udara dari AirAsia itu sendiri, jadi bayangan saya kemudian AirAsia Ride ini bisa menjual semacam paket dari penjemputan misalnya di bandara yang digabungkan dengan tiket pengguna dari pesawat AirAsia itu sendiri," ungkap Rendy.

Menurutnya pun pengguna AirAsia Ride di Pulau Bali akan relatif besar. Mengingat saat ini proses pembukaan kembali kawasan pariwisata top itu tengah berlangsung.

"Kunjungan wisatawan baik itu nusantara maupun mancanegara akan relatif besar, sehingga ceruk pasar inilah yang kemudian bisa dimanfaatkan oleh aplikasi AirAsia ride ini," papar Rendy.

Sama seperti Rendy, Darmaningtyas menyebut pemilihan Bali sebagai pintu gerbang masuk ke pasar transportasi online oleh AirAsia sangat tepat. Dia bilang, Bali merupakan kota besar yang tidak memiliki sarana angkutan umum yang memadai. AirAsia Ride diharapkan bisa memenuhi kebutuhan tersebut dengan layanan yang mudah diakses dan murah.

"Di Bali ada Trans Sarbagita, tapi itu pun kurang diminati oleh masyarakat. Sementara banyak wisatawan di sana kan. Makanya mereka ini perlu layanan transportasi yang mudah diakses dan murah, AirAsia harus jawab itu," sebut Darmaningtyas.



Simak Video "Yang Bikin AirAsia Ride Beda dari Grab dan Gojek"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads