Salah satu orang terkaya di dunia sekaligus CEO Tesla, Elon Musk menjadi perbincangan lantaran pernyataan kontroversialnya. Ia mengusulkan untuk menjadikan Taiwan masuk ke dalam zona administrasi khusus China.
Hal ini disampaikan Elon Musk dalam wawancara eksklusif bersama Financial Times yang dimuat pada Jumat 7 Oktober pekan lalu. Dalam wawancara tersebut Musk percaya bahwa kedua negara bisa mencapai kesepakatan yang cukup enak, namun mungkin tidak akan membuat semua orang senang.
"Dan itu sangat mungkin terjadi, saya pikir pada kenyataannya mereka dapat memiliki peraturan atau kebijakan yang lebih lunak dari pada Hong Kong," ujarnya dilansir BBC (11/10/2022).
Duta Besar China untuk Amerika Serikat (AS) Qin Gang mengapresiasi pernyataan yang dilontarkan Elon Musk dan langsung mengucapkan terima kasih melalui cuitan di Twitter.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada @elonmusk atas seruannya untuk perdamaian di Selat Taiwan dan idenya tentang pembentukan zona administratif khusus untuk Taiwan,"cuit Gang.
Ia juga berpendapat bahwa penyatuan kembali secara damai oleh kedua pihak dengan model satu negara dua sistem akan menjadi jawaban dari solusi yang dicari.
"Asalkan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China dijamin, setelah reunifikasi Taiwan akan menikmati otonomi tingkat tinggi sebagai wilayah administrasi khusus, dan ruang yang luas untuk pembangunan," cuitnya.
Di sisi lain pendapat berbeda datang dari Duta Besar De Facto Taiwan untuk Washington, Hsiao Bi-khim. Ia mencuit bahwa Taiwan menjual banyak produk, tetapi kebebasan dan demokrasi kami tidak untuk dijual.
"Setiap proposal abadi untuk masa depan kita harus ditentukan secara damai, bebas dari paksaan, dan menghormati keinginan demokratis rakyat Taiwan," kata Ms Hsiao.
Direktur perusahaan Geoekonomi dan Indo-Pasifik di Wilson Center di Washington DC berpendapat bahwa saran dari Musk akan memberikan dampak buruk untuk kepentingan bisnisnya. Kita tahu bahwa ia akan membeli Twitter yang terkenal sebagai platfrom untuk bebas berpendapat dan China melarang hal itu yang menyebabkan Twitter diblokir di sana.
Bila Taiwan melakukan reunifikasi dengan China tentu hal ini akan berdampak kurang baik pada Twitter, karena kemungkinan besar platform ini akan dilarang beroperasi di sana.
Sebelumnya minggu lalu Elon Musk juga sempat melakukan hal yang kontroversial karena tindakannya membuat polling di Twitter mengenai perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Simak juga video 'Ide Kontroversial Elon Musk untuk Akhiri Konflik China-Taiwan':
(ara/ara)