Jakarta -
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendukung Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung di Malang, Jawa Timur, untuk meningkatkan produksi susu segar dan memperbaiki manajemen usaha. Hal ini bertujuan agar kinerja KAN Jabung dapat semakin profesional di tengah merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
Dalam kunjungannya ke KAN Jabung hari ini, Teten mengatakan terdapat tiga masalah utama yang dihadapi oleh koperasi produksi berbasis susu segar. Hal ini antara lain persoalan terkait bibit sapi unggul, persoalan pakan berkualitas, dan persoalan manajemen produksi.
"Sapi yang sudah pernah terserang PMK memang tidak akan pernah bisa pulih 100 persen. Akibatnya sapi perah yang pernah terkena PMK produksi susunya sudah dipastikan akan menurun," kata Teten dalam keterangan tertulis, Kamis (20/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai hal ini, Teten meminta agar manajemen pengurus KAN Jabung dapat mengganti sapinya dengan sapi yang lebih sehat. Dengan demikian, produktivitas susu segar dapat meningkat.
Pasalnya, kata Teten, sebelum terjadi wabah PMK, produksi susu segar dari KAN Jabung mencapai 55 ton per hari. Namun saat ini, jumlah produksinya maksimal hanya 75 persen dari kapasitas produksi sebelum ada wabah.
"Kalau kita nggak berani melompat kita nggak akan pernah berubah, begini-begini saja. Jadi saya sarankan jenis sapinya diganti jenis Jersey karena lebih tahan cuaca dan lebih toleran dengan pakan yang tidak terlalu berkualitas sekalipun tapi produksi susunya banyak," ucap Teten.
Pengadaan Pakan Melalui Pembiayaan KUR Kluster
Lebih lanjut, Teten menjelaskan untuk mengganti jenis sapi, para peternak yang menjadi anggota koperasi memang dihadapi dengan persoalan yang tidak mudah. Mengingat upaya ini akan membutuhkan investasi yang besar.
Oleh sebab itu, Teten menyampaikan pihaknya akan membantu KAN Jabung untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan tambahan melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi (LPDB) KUMKM atau melalui skema pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kluster. Ia berharap fasilitas pembiayaan tambahan ini dapat menjadi solusi dari persoalan pengadaan pakan yang berkualitas bagi KAN Jabung.
"Kita akan coba mendiskusikan agar ini bisa jadi piloting untuk mengakses KUR Kluster juga sehingga bisa menjawab persoalan pada bibit dan akses pakan yang berkualitas. Kita juga akan mendiskusikan dengan tim LPDB KUMKM terkait hal ini," ungkapnya.
Teten menilai melalui KUR kluster, anggota KAN Jabung berpotensi mendapatkan akses pembiayaan hingga Rp 500 juta setiap orangnya. Hal ini lantaran KAN Jabung telah menerapkan praktik bisnis modern dan terhubung dengan industri pengolahan susu (IPS) sebagai off-taker.
"Kita akan kombinasikan antara dana dari LPDB dengan KUR kluster, ini akan kita coba jajaki. Kalau hibah saat ini sudah tidak ada," lanjutnya.
Klik halaman selanjutnya >>>
Menanggapi hal ini, Ketua I KAN Jabung, Herman Suparjono mengatakan PMK memang menjadi persoalan yang serius bagi bisnis koperasi. Sebab, wabah ini berdampak pada anjloknya pendapatan petani atau peternak. Bahkan, terdapat beberapa anggotanya yang terpaksa harus mengurangi jumlah sapi agar tidak terlalu merugi.
"PMK betul-betul menjadi kendala kami, meski saat ini sudah membaik tapi produktivitas sapi belum sepenuhnya pulih karena PMK. Selama 4 bulan kita berupaya dengan berbagai cara bisa mencapai produktivitas seperti sebelum PMK," papar Herman.
Sementar soal penggantian jenis sapi, Herman menyebut upaya tersebut memang sudah menjadi pemikiran para pengurus koperasi. Namun karena terkendala modal, rencana tersebut hingga saat ini belum dapat dilakukan.
"Soal replacement sapi baru sudah pernah kita rencanakan namun kemampuan finansial untuk punya sapi baru itu berat," ucapya.
Adopsi Teknologi dalam Pengolahan Susu Segar
Di tempat yang sama, Bupati Malang Sanusi mengimbau KAN Jabung perlu mengadopsi teknologi dalam mengolah susu segar menjadi produk susu siap konsumsi dari industri pengolahan susu (IPS) seperti Greenfield. Ia menyebut meski saat ini KAN Jabung telah mulai memproduksi produk turunan dari susu segar, namun produk tersebut masih sangat terbatas.
"Memang KAN Jabung ini perlu pembaharuan teknologi sehingga produknya bagus dan bisa diolah menjadi produk yang lebih bernilai tinggi. Mungkin ada teknologi lain yang harus kita ikuti," urai Sanusi.
Senada dengan Teten, Sanusi juga menilai jenis sapi yang dipelihara oleh anggota koperasi dapat diganti secara bertahap dengan jenis sapi super. Sementara terkait pembiayaan modal kerja, ia berharap pemerintah pusat melalui Kementerian Koperasi dan UKM dapat memberikan solusi bagi KAN Jabung.
"Memang kita perlu upayakan agar sapi yang dipelihara itu bisa diperah sepanjang tahun sebab kalau seperti biasa saja kita hanya bisa optimal panen 4 bulan, setelah itu produksinya pasti turun," imbuhnya.
Di sisi lain, Direktur Utama LPDB-KUMKM, Supomo mengatakan sebagai Badan Layanan Umum di bawah koordinasi KemenKop UKM, pihaknya siap mendukung KAN Jabung untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. Tercatat sejak tahun 2021, LPDB-KUMKM telah mengucurkan dana kepada koperasi hingga Rp18,15 miliar.
"Kita juga siap membantu KAN Jabung untuk membangun farm laktasi. Kita sebenarnya sudah mendiskusikan hal itu," ucap Supomo.
Soal dengan penurunan produksi susu segar akibat wabah PMK, Supomo berencana akan memberikan kebijakan khusus berupa relaksasi sehingga beban kewajibannya kepada LPDB KUKM dapat menjadi lebih ringan.
Ia menambahkan saat ini, tim LPDB KUMKM juga sedang mengkaji berbagai kemungkinan terkait jenis relaksasi yang dapat diberikan kepada koperasi tersebut.
"Sangat memungkinkan untuk dilakukan perpanjangan grace periode. Bahkan kami sudah tawarkan sebelumnya, kita bisa tawarkan relaksasi apa yang bisa dilakukan terhadap KAN Jabung," pungkasnya.