Plastik kerap dianggap sebagai limbah yang hanya mengotori lingkungan saja. Tapi tidak bagi UMKM dengan nama Rubysh. Usaha yang didirikan oleh Encep Amir ini mengolah limbah plastik menjadi aksesoris yang mendatangkan cuan.
Amir menjelaskan nama Rubysh sebenarnya adalah singkatan dari rubbish to ruby. Sehingga usaha yang ia dirikan berawal dari tugas kuliah tersebut memanfaatkan sampah plastik untuk diubah menjadi aksesori senilai batu ruby.
"Sehingga dari logo kami pun lebih memperkenalkan produk yang memang dibuat dari material rubbish atau material dari yang biasa kita sebut recycle material," imbuh Amir dalam acara Yuk Berkreasi yang tayang di detikcom, Senin (19/12/2022).
Usaha tersebut berangkat dari penelitian Amir kepada respondennya yaitu ibu-ibu untuk mengetahui barang apa yang mereka inginkan untuk dibuat dari hasil pengolahan sampah. Jawaban terbesar yang didapatkan Amir saat itu adalah aksesori.
Dari situlah Amir melakukan riset kembali dari segi keuangan dan menemukan kalau membuat aksesoris dari limbah plastik paling mendatangkan cuan. Amir pun memulai dengan prototipe pada tahun 2016 dan melaunching dengan skala besar pada tahun 2019. Menurut Amir, sampah plastik memiliki sifat yang durable, ringan dan bisa dicampur khususnya untuk sampah plastik HDPE.
"Jadi material plastik itu ada yang PET, itu cuma digunting dan dipanasin saja prosesnya sangat sederhana. Tapi ada juga yang lebih complicated daripada itu," tutur Amir.
Amir pun bisa menghasilkan beberapa karya mulai dari anting, cincin, kalung, bangle, dan choker yang tak hanya terbuat dari botol PET, tapi juga botol gelas dan HDPE. Ke depan Rubysh juga tengah mengembangkan kacamata dari material daur ulang.
"Ke depan, kami sedang buat kacamata dari bahan material daur ulang framenya. Dan mungkin itu akan dirilis tahun depan. Market pertama mungkin di Bali baru di ibu kota," katanya.
Harga yang dijual pun cukup bervariasi. Termurah yaitu cincin yang dibanderol dengan harga Rp 40.000. Adapun produk paling mahal karena dipengaruhi oleh logam plating yang harus sesuai dengan standar ekspor.
"Contoh kalau ekspor kan maunya 3 mikron ketebalan emasnya. Jadi yang bikin mahal bukan sampahnya tapi material logam pelengkapnya. Karena untuk standar ekspor tentunya butuh kualitas lebih baik, ketebalan itu seiring dengan harga. Jadi bisa sampai Rp 1,5 juta paling mahal," ungkap Amir.
Adapun untuk produk paling mahal yang dibuat Amir adalah cincin yang dibuat dari sebuah batu kaca yang juga bisa digunakan sebagai mahar. Amir dengan Rubyshnya pun menjadi salah satu mitra UMKM yang unjuk gigi di acara UMKM Expo (rt) Brilianpreneur. Ia mengikuti Brilianpreneur pada tahun 2021 dengan berpartisipasi dalam showcase yang digelar secara online.
Ada beberapa manfaat yang didapatkan Amir semenjak bergabung bersama Brilianpreneur, salah satunya adalah menyambungkan tujuan Rubysh untuk penetrasi produk agar lebih dikenal oleh masyarakat.
"Untuk itu kan kita perlu satu push untuk pelanggan kita. Selain produknya bagus, kita juga harus menawarkan harga yang affordable ke mereka. Nah, karena ada bantuan dari BRI ini tidak hanya spot dan exposure, tapi juga diberikan kemudahan dalam hal mendapatkan cashback. Itu sangat penting apalagi untuk UMKM baru," imbuhnya.
Amir melihat cashback itu membuat pelanggan tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan oleh UMKM sehingga produk pun makin dikenal. Dalam kegiatan ini, Amir juga memberikan kreasi membuat gelang kepada peserta yang hadir.
(akn/hns)