Tolak Ayam Impor dari Brasil, Peternak Kirim Pesan Ini ke Pemerintah

ADVERTISEMENT

Tolak Ayam Impor dari Brasil, Peternak Kirim Pesan Ini ke Pemerintah

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 22 Des 2022 14:47 WIB
Operasi PT Freeport Indonesia (PTFI) yang sudah berlangsung 51 tahun membawa dampak sosial dan ekonomi yang besar bagi penduduk di sekitar area tambang. Mereka adalah dua suku besar, yaitu Suku Kamoro yang tinggal di pesisir sungai Mimika, serta Suku Amungme yang mendiami pegunungan Tembagapura, berikut dengan 5 suku kerabatnya.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) meminta pemerintah untuk terus mengawasi dan membantu peternak menjaga demand dan suplai ayam pedaging. Peternak juga mengecam adanya ayam impor yang mengancam peternak rakyat.

"Ancaman daging ayam impor Brasil yang jauh lebih murah, bisa menggerus keberadaan peternak rakyat. Harapan kami di PINSAR, setelah gonjang-ganjing harga telur dan ayam hidup pada 2022, situasi 2023 lebih kondusif," kata Ketua Umum DPP Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR), Singgih Januratmoko dalam keterangan tertulis, Kamis (22/12/2022).

Berkaitan dengan stabilisasi harga dan pasokan, telah diatur dalam Surat Edaran yang baru dikeluarkan Kementerian Pertanian berkaitan dengan pengendalian demand dan suplai ayam pedaging.

SE itu juga mempertegas aturan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32/Permentan/PK.230/09/2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.

Singgih mewakili peternak aturan yang telah dikeluarkan Kementan dinilai sangat membantu bagi perbaikan harga ayam hidup. Ia meminta pemerintah untuk tetep mengatur suplay demand DOC atau anak ayam yang dikembangbiakkan untuk ayam potong.

"Karena kondisi selama 4 bulan terakhir harga ayam hidup di bawah HPP (harga pokok pembelian)," ujarnya.

Terbukti menurut Singgih surat edaran yang pertama di terbitkan pada November membuat harga ayam hidup saat ini sudah di atas HPP. Ia juga menilai harga telur juga mengalami penurunan, tetapi harga ayam yang masih di bawah HPP.

"Harga telur selama delapan bulan terakhir sudah stabil di atas HPP (Harga Pokok Produksi), tetapi harga ayam pedaging masih di bawah HPP," ujar Singgih Januratmoko.

Singgih mengatakan Harga Acuan Pembelian dan Penjualan (HAP) yang dibuat pemerintah tidak bisa dengan mudah dipraktekkan karena persoalan supply and demand bibit ayam (DOC).

Menurut Singgih, peran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian RI, sangat besar dalam mengendalikan suplai DOC, "Kami berharap pada 2023, Ditjen PKH tetap bisa mengeluarkan kebijakan pengaturan suplai DOC, agar tidak berlebih," tutur Singgih, yang juga Anggota Komisi VI DPR RI itu.

Namun kebijakan PKH, menurut Singgih tidak bisa mulus pada 2023. Pasalnya, terdapat beberapa perusahaan pembibitan atau breeding farm, yang dengan tegas menolak pengaturan suplai DOC tersebut,

"Terhadap perusahaan breeding tersebut, kami berharap pemerintah mengevaluasi fasilitas yang telah diberikan kepada mereka, seperti kuota GPS, dll," pinta Singgih.

Singgih menegaskan over supply DOC lebih merugikan dan membahayakan kelangsungan bisnis peternak kecil, karena menyebabkan harga ayam murah.

Akan tetapi ini bisa dikelola dengan cara pengaturan setting hatching record (SHR) dari tiap-tiap perusahaan. Mengatur jumlah penetasan atau SHR ini penting, agar DOC tidak membanjiri pasar dan mengacaukan harga ayam potong di pasaran.

PINSAR berharap pada 2023 nanti, pemerintah menetapkan HAP ayam hidup, telur maupun DOC dengan lebih cermat, dan menyiapkan regulasi yang tepat agar HAP tersebut bisa sesuai yang diharapkan, Dengan demikian bisnis peternak rakyat bisa terus berjalan.

"Tanpa dukungan pemerintah, peternak rakyat bisa habis. Saat ini jumlah peternak rakyat ayam pedaging kurang dari 20 persen," tutupnya



Simak Video "Deteksi Flu Burung, Argentina Tangguhkan Ekspor Unggas"
[Gambas:Video 20detik]
(ada/zlf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT