Pasar Tanah Abang Blok G di Jakarta Pusat hanya menyisakan sejumlah pedagang. Ruko-ruko tampak ditinggalkan, hingga terlihat kumuh dan tak terawat. Di lantai 2 dan 3 bahkan sudah tak ada yang menghuni.
Namun, masih ada beberapa pedagang yang tetap berjualan. Irwan misalnya, pedagang sepatu yang berjualan di lantai 1. Kepada detikcom, ia menceritakan alasan tetap bertahan di Pasar Tanah Abang Blok G.
"Ya beginilah kondisinya (sepi). Habis mau gimana lagi, coba gimana diarahinnya. Kalo pindah bayar lagi, ribet lah," katanya di Pasar Tanah Abang Blok G, Jakarta Pusat, Jumat (17/2/2023).
Menurut Irwan, sejumlah pedagang ada yang memilih kembali berjualan di trotoar. Namun menurutnya, untuk membuka lapak di trotoar dirinya harus mengeluarkan kocek tambahan. Kalaupun pindah ia tidak yakin dagangannya lebih ramai.
"Sebulan berapa coba? Kita baru nyari tempat aja nih bayarnya Rp 1,5 juta baru masuknya per bulannya Rp 600 ribu. Hariannya ada juga yang ecek-ecek, kadang minta Rp 2 ribu. Tapi kan lumayan. Gitu bingungnya," jelasnya.
Sementara itu, pedagang pakaian bernama Bayu mengungkap enggan berjualan di Pasar Tanah Abang Blok G karena sepi. Ia menyebut punya dua lapak namun tetap ditinggalkan.
"Kalau blok G kan cuma yang bawah doang (yang buka). Saya aja punya dua lapak di sana ditinggalin," ujarnya.
Kembali ke Irwan, ia mengatakan lantai 2 dan 3 memang ditutup beberapa waktu ke belakang. Dulunya area tersebut kerap dijadikan tempat asusila.
"Yang atas memang ditutup. Banyak yang maksiat. Mereka yang enak nanti malah kita yang kena, nggak mau lah," ujarnya.
Salah satu penjual tas di Pasar Tanah Abang Blok G menyebut pedagang di lantai 2 dan 3 sebagian ada yang pindah ke lantai 1.
"Iya (sepi), mungkin karena hari Jumat juga. Kalo yang atas memang ditutup, ada juga yang pindah ke sini," pungkasnya.
(ara/ara)