Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengungkap berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) fenomena El Nino akan membuat sebagian daerah kekeringan hebat. Ia menyebut daerah-daerah tersebut merupakan sentra produksi beras.
"Potensi kekeringan terparah di daerah-daerah sentra produksi beras seperti Pulau Jawa, Sumatera bagian selatan, Sulawesi Selatan dan NTB," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI, Senin (4/9/2023).
Dampak ini terjadi selama September sampai Oktober, di mana kekuatan El Nino tersebut sebesar 60-80%. "Sehingga ini menjadi perhatian bersama," jelas dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief menyebut, selama Januari sampai Oktober 2023 ini produksi beras memang disebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2022. Besarannya lebih rendah 660 ribu ton.
Dalam paparannya produksi pada 2022 pada Januari sampai Oktober sebanyak 28,5 juta ton sedangkan pada 2023 diprediksi hanya 27,8 juta ton.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan dampak El Nino tahun ini diperkirakan berpotensi membuat Indonesia kekurangan stok beras antara 380 ribu ton hingga 1,2 juta ton. Potensi penurunan stok ini dapat terjadi dikarenakan adanya penurunan jumlah produksi pertanian.
"Melalui analisa data dan lapangan bahwa kita sudah siap, bahwa El Nino sekeras apapun kira-kira shorted kita atau kekurangan kita antara 380 ribu ton sampai 1,2 juta ton," kata Syahrul saat ditemui wartawan, ditulis Kamis (17/8/2023)
Menghadapi permasalahan ini, Syahrul bersama jajarannya mengaku sudah menyiapkan tambahan 500 ribu hektar lahan pertanian. Hal ini dilakukan untuk menggenjot produksi beras yang kurang karena El Nino.
(ada/ara)