Persoalan logistik adalah salah satu tantangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Mahalnya biaya pengiriman masih menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja pelaku UMKM.
Persoalan tersebut menjadi salah satu agenda pembahasan dalam agenda Pameran Kerajinan Nusantara yang terlaksana di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Jumat (15/9/20230).
Selain produktivitas, co-founder Du'anyam, Hanna Keraf, mengungkap bahwa biaya logistik saat ini masih menjadi pain points atau titik masalah yang sering dihadapi pelaku UMKM.
"Saya tidak akan capek menyampaikan hal ini. Mau kirim produk dari Larantuka ke Tanjung Priok biayanya tiga kali lebih mahal dari Tanjung Priok ke Hongkong. Bagaimana kita mau ujug-ujug ekspor? Kirim antar pulau saja lebih mahal," ucap Hanna.
Kendati demikian, Hanna mengatakan pelaku UMKM tidak boleh berserah menghadapi kondisi tersebut.
Oleh sebab itu, alumni Universitas Ritsumeikan, Kyoto, Jepang, ini menjelaskan salah satu solusi yang bisa ditempuh adalah pelaku UMKM bisa berkolaborasi dengan perusahaan yang menampung ragam produk UMKM atau Aggregator.
Agregator bisa membantu UMKM mengkonsolidasikan dan membangun koneksi dengan pasar. Dengan skema pembiayaan terbangun, ekosistem usaha yang dibutuhkan UMKM pun bisa tersedia.
Hanna mengatakan Aggregator akan sangat membantu upaya UMKM, khususnya yang bergerak di sektor kriya dan wastra, untuk naik kelas sampai ekspor. Sebab dari sisi demand, Hanna mengatakan permintaan pasar internasional terhadap kerajinan tangan Indonesia saat ini masih tinggi.
"Penerimaan kriya sangat besar karena ada kearifan lokal yang sudah turun menurun. Serat alam adalah kekayaan Indonesia yang tidak dimiliki negara-negara lain. Namun UMKM memang tidak bisa berjalan sendiri. Harus bergandengan tangan," jelas dia.
(kil/kil)