Harga beras belum mengalami penurunan. Untuk jenis beras medium berdasarkan data Panel Harga Pangan, Senin (25/9/2023) kemarin di level Rp 13.000 per kilogram (kg) dan premium sudah tembus lebih dari Rp 14.700/kg.
Angka itu jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditentukan dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 7 Tahun 2023 tentang Harga Eceran Tertinggi Beras yakni untuk zona 1 beras medium Rp 10.900/kg dan zona 2 Rp 11.800/kg.
Sementara catatan harga beras medium (IR III 64) di Pasar Induk Beras Cipinang, berangsur mengalami penurunan. Seperti hari ini beras medium di pasar induk itu Rp 11.657/kg, turun cukup jauh dari harga pekan lalu Rp 12.280/kg.
Untuk mengintervensi harga beras yang masih mahal, pemerintah telah melakukan upaya untuk menurunkan harga beras, mulai dari operasi pasar dengan menyalurkan cadangan beras pemerintah (CBP), bantuan pangan beras, hingga gerakan pangan murah.
Lantas, kenapa harga beras belum mengalami penurunan?
Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menerangkan, pemerintah baru saja melakukan upaya operasi pasar dan penyaluran bantuan sosial beras pada September ini. Namun, memang belum sebulan upaya itu dilakukan untuk menurunkan harga.
"Seingat saya baru dua mingguan disalurkan (bansos beras). Butuh waktu untuk punya dampak atau pengaruh ke harga. Pada saat yang sama pemerintah juga tetap melakukan operasi pasar bernama stabilisasi pasokan dan harga pangan atau SPHP. Ini dilakukan sejak awal tahun, tanpa jeda," kata dia kepada detikcom.
Menurutnya, butuh waktu yang cukup lama agar harga beras turun. Khudori juga menilai, cukup sulit harga beras turun jika dengan operasi pasar saja. Langkah itu menurut dia hanya bisa menahan harga tidak mengalami kenaikan lagi.
"Sepertinya berharap harga beras turun, seperti harapan presiden, agak sulit. Bahwa operasi pasar dan bansos beras kemungkinan akan menahan kenaikan harga beras, ya. Ini berpijak dari pengalaman sebelumnya. Saat ada bansos beras periode pertama: Maret-Mei 2023 yang penyalurannya molor sampai Juni. Harga beras saat itu relatif stabil. Ada kenaikan tapi tipis," terang dia.
Tetapi, harga beras bisa turun jika kebutuhan di pasar terpenuhi. Namun, kondisi sekarang pasokan sedikit, dan cadangan beras pemerintah (CBP) terus terkuras untuk intervensi.
"Harga bisa turun kalau kebutuhan pasar, berapapun jumlahnya, dipenuhi. Artinya pasar dipenuhi. Masalahnya, dengan stok seperti sekarang penjenuhan itu bakal menguras cadangan yang ada," tuturnya.
Harga beras juga belum mengalami penurunan karena keterbatasan pasokan di produsen. Harga gabah kering panen (GKP) saja sudah tembus lebih dari Rp 7.500 per kilogram (kg).
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan harga beras memang belum mengalami penurunan. Menurut datanya, rata-rata nasional untuk beras medium tinggi di angka Rp 13.000/kg dan harga beras premium sudah tembus Rp 15.000/kg.
"Sekarang sudah di angka Rp 13.000 untuk medium secara rata-rata nasional, minggu kemarin kan masih Rp 12.700 sampai 12.800/kg. Premium cukup tinggi bahkan sampai Rp 15.000," tuturnya kepada detikcom.
Menurut Mansuri, belum kunjung turunnya harga beras karena harga di penggilingan dan pengepul masih tinggi. Apalagi menurutnya saat ini pasokan terbatas, bahkan pedagang sampai memperebutkan pasokan di penggilingan.
"Kenapa belum nggak turun-turun? Pertama, karena memang barangnya medium dan premium nggak banyak barangnya, bisa turun, tetapi nggak bisa buru-buru. Karena ini sedang proses," ungkapnya.
"Di penggilingan saja sudah berebut, misalnya di satu daerah pengepul itu pedagang daerah lain juga cari ke daerah lain, situasinya sudah sampai yang paling mahal dia yang dapat," lanjutnya.
Simak juga Video 'Antrean Penerimaan Beras Subsidi di Purwakarta Mengular':
(ada/das)