"Saya sudah dapat masukan jadikan TikTok itu setelah ditutup 20% kembali ke multichannel," Teten, dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi VI DPR RI, di Senayan, Jakarta, Kamis (23/11/2023).
"Yang 20% ini tersebarlah di beberapa e-commerce yang ada di Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada," imbuhnya.
Adapun informasi ini berdasarkan data KemenKop UKM. Teten mengatakan, yang kembali menyebar ke platform lain hanya sebesar 20%. Sementara 80% lainnya menurutnya merupakan pengguna awal TikTok yang sebelumnya menggunakan TikTok hanya untuk bermain media sosial.
"Nah yang 80% ke mana? Ini yang menarik itu seperti yang di Project S di Inggris memang teknologi AI-nya ini luar biasa, sehingga orang yang tadinya nggak mau belanja bisa belanja. Sehingga ini yang 80% ini yang diprovokasi," jelasnya.
"Kira-kira yang baru terdata itu yang tersebar setelah ditutup TikTok Shop itu 20% yang menyebar ke multichannel. Yang 80% kenapa tidak belanja, kemungkinan analisis saya tadi backgroundnya karena memang ada terpengaruh untuk belanja (padahal sebelumnya tidak berniat belanja)," sambungnya.
Di sisi lain, ia menegaskan bahwa TikTok Shop boleh kembali dibuka. Namun dengan catatan, memenuhi persyaratan dan regulasi pemerintah Indonesia. Adapun saat ini, TikTok telah diisukan akan kembali membuka TikTok Shop dengan menggandeng e-commerce lokal.
"Apakah kala sudah ditutup TikTok boleh buka lagi? Boleh karena memang 100% investasi di e-commerce boleh tapi kalau mau buka lagi, syaratnya harus memiliki badan hukum di Indonesia dan mendapatkan lisensi karena termasuk berisiko," pungkasnya.
(shc/rrd)