Berharta Rp 49 T dari Jualan Kopi, Konglomerat Ini Pernah Jadi Loper Koran

Kisah Inspiratif

Berharta Rp 49 T dari Jualan Kopi, Konglomerat Ini Pernah Jadi Loper Koran

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 08 Des 2023 08:38 WIB
Sedih! Starbucks Terpopuler di Shibuya Tokyo Resmi Ditutup
Ilustrasi outlet starbucks - Foto: soranews24.com / Casey Baseel
Jakarta -

Starbucks merupakan salah satu jaringan kedai kopi asal AS paling terkenal di dunia dan outletnya di mana-mana. Punya Harta Rp 49 T dari Jualan Kopi, Konglomerat Ini Ternyata Pernah Jadi Loper Koran.

Berdasarkan situs resmi perusahaan, Howard sendiri merupakan mantan CEO Starbucks sejak 1987 hingga 2000. Setelahnya ia sempat menjabat sebagai Global Chief Strategist dan komisaris perusahaan, lalu kembali jadi CEO dari Januari 2008 hingga 2018.

Meski begitu, mantan bos jaringan kopi paling bergengsi ini ternyata berasal dari keluarga yang sederhana dan dibesarkan di perumahan subsidi. Ayahnya tidak pernah lulus dari sekolah menengah, dan mencari nafkah secara serabutan. Misalnya menjadi sopir truk, buruh pabrik, hingga sopir taksi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir dari CNBC Make It, saat itu penghasilan sang ayah tidak pernah lebih dari US$ 20.000 per tahun. Padahal ia harus menghidupi ketiga anak, termasuk Howard. Hal itu juga lah yang membuat keluarganya harus tinggal di rumah sederhana.

"Keluarga kami tidak memiliki penghasilan, tidak ada asuransi kesehatan, tidak ada uang kompensasi," tulis Howard Schultz dalam buku 'Pour Your Heart Into It: How Starbucks Built a Company One Cup at a Time'.

ADVERTISEMENT

Ia harus merasakan pahitnya hidup sejak berusia 12 tahun dengan melakoni beberapa pekerjaan, termasuk menjadi loper koran. Namun kehidupan masa kecilnya yang sederhana inilah yang justru membuat Howard termotivasi untuk mengejar kesuksesan.

Ia pun mengagumi sosok ayahnya yang disebutnya sebagai pekerja keras dan jujur dalam bekerja. walaupun sering kali sang ayah bersikap kasar dan melakukan KDRT karena rasa frustasi karena merasa gagal dalam hidupnya.

Meski begitu, Howard muda terus berusaha dalam hidupnya dan mendapatkan beasiswa berolahraga di Northern Michigan University. Ia kemudian lulus sebagai sarjana komunikasi pada 1975 dan mulai menata kariernya.

Pada awalnya ia sempat bekerja sebagai sales dan marketing di Xerox selama tiga tahun. Setelah itu, ia menjadi vice president and general manager di Hammarplast, sebuah perusahaan peralatan rumah tangga asal Swedia.

Barulah 1981, Howard Schultz mulai mengenal Starbucks saat mengunjungi kedai pertama perusahaan di Seattle. Saat itu dirinya jatuh cinta dengan secangkir kopi Sumatra yang disajikan di kedai Starbuck. Kemudian pada 1982 ia untuk bergabung dengan Starbucks sebagai direktur operasi dan marketing, di mana saat itu perusahaan baru memiliki empat kedai kopi.

Schultz memutuskan pergi ke Italia pada 1983 lantaran kagum dengan salah satu toko kopi di Milan yang menjadi tempat orang-orang bertemu dan berbagi waktu bersama di luar rumah dan kantor. Pada saat itu juga, dia resmi meninggalkan Starbucks dan mulai merintis usaha kedainya II Giornale.

Beselang empat tahun atau pada 1987, dirinya pun mengambil alih Starbucks sebagai CEO. Schultz membeli kedai kopi itu dengan bantuan beberapa investor. Di bawah kepemimpinannya, Starbucks menjadi perusahaan dengan pertumbuhan luar biasa.

Bahkan berkat kerja keras dan kepiawaiannya dalam memimpin perusahaan, hingga tahun 2000 Howard mampu menggandakan empat kedai Starbucks jadi 3.000 gerai di seluruh dunia. Setelahnya jumlah gerai yang dimiliki perusahaan terus berganda hingga mencapai hampir 30.000 di seluruh dunia.

Menjadi sosok penting yang berhasil membawa Starbucks hingga sukses seperti sekarang, tidak heran bila Forbes mencatatkan Howard Sebagai salah satu miliarder paling kaya di bumi. Dirinya ditaksir memiliki kekayaan hingga US$ 3,2 miliar atau Rp 49,6 triliun (kurs Rp 15.500/dolar AS).

Simak juga Video: Bahlil: Konglomerat RI Orangnya Itu-itu Terus

[Gambas:Video 20detik]



(kil/kil)

Hide Ads