Target Besar Prabowo Ekonomi RI Tumbuh 8% Lewat Pangan & Energi, Realistis?

Retno Ayuningrum - detikFinance
Selasa, 21 Mei 2024 12:27 WIB
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Presiden terpilih Prabowo Subianto mempunyai target besar membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8% dalam 2-3 tahun ke depan. Bukan hilirisasi yang menjadi motor penggerak utamanya, melainkan di sektor pangan dan energi.

"Hilirisasi membutuhkan waktu beberapa tahun. Yang menjadi motor pertumbuhan pada tahun pertama adalah konsentrasi kita kepada pertanian, produksi pangan, distribusi pangan, dan energi," kata Prabowo, dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (21/5/2024)

Lantas apa Prabowo bisa mengerek pertumbuhan ekonomi tembus 8% dengan dua sektor tersebut?

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan target besar dengan fokus dua sektor tersebut terasa berat tercapai. Dia menjelaskan dalam 20 tahun terakhir, pertumbuhan pertanian mengalami tren penurunan.

Saat ini rata-rata pertumbuhan sektor pertanian hanya 3% per tahun. Apabila ingin mencapai ambisi besar tersebut, rata-rata pertumbuhan sektor pertanian harus di atas 5%. Meski begitu, Tauhid menilai tetap sulit untuk sampai sana.

"Ini sulit terjadi karena pertama sektor pertanian mayoritas berada di sektor pertanian pangan, padi beras jagung itu menyumbangkan PDB paling kecil. Pemerintah sudah mengupayakan bantuan subsidi benih, pupuk dan lain-lain nggak mampu ternyata. Dengan kontribusi tadi, membalikkan keadaan itu berat. Kayaknya nggak mungkin ya," kata Tauhid kepada detikcom, Selasa (221/5/2024).

Lebih lanjut, Tauhid bilang Indonesia masih mempunyai peluang di tanaman perkebunan. Sayangnya, lahan yang tersedia tidak sebanyak tanaman pangan, seperti padi atau jagung.

Menurutnya, apabila ingin mengandalkan sektor pangan terasa berat lantaran harga jualnya lebih rendah. Dia bilang lebih baik membangun hilirisasi di sektor non pangan, seperti perkebunan dan kelautan.

"Pangan itu hilirisasi tidak bisa banyak mendapatkan karena beras hilirisasinya tepung. Tapi, kita konsumsinya kan beras ya. Kalau produk perkebunan dan perikanan harus ekspansi besar-besaran," imbuhnya.

Untuk sektor energi, Tauhid menilai terasa sulit lantaran kontribusinya masih kecil dibandingkan sektor lain, seperti sektor pertanian. Memang hilirisasi mempunyai peluang yang bagus, tapi masih membutuhkan waktu panjang agar bisa menjadi sebuah industri pengolahan.

"Memang ada upaya masuk industri pengolahan atau hilirisasi ya. Rasanya 5 tahun belum advance ya. Saya kira dalam 5 tahun belum bisa hasil tambang ada hasil turunannya, intinya masih panjang," imbuhnya.

Apabila ingin menggenjot sektor energi, Tauhid berujar harus memulihkan keadaan terlebih dahulu di sektor minyak dan gas. Dia menekankan harus mulai ada investasi di hulu maupun hilir migas. Saat ini investasi di hulu pada sektor migas berkurang sehingga berpengaruh pada produksi yang menurun.

"Kalau untuk energi baru terbarukan, pemerintah harus investasi yang besar karena marketnya mulai terbuka besar. Saat ini masih ada hambatan di regulasi sehingga regulasi harus diubah mengikuti pasar," terangnya.

Sementara itu, Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Eliza Mardian mengatakan target tersebut bisa tercapai apabila ada kebijakan yang tepat. Dia menekankan apabila masih menggunakan pendekatan dan kebijakan yang lama, target tersebut tidak bisa tercapai.

"Bisa saja asal pendekatan kebijakannya tepat. Jika masih menggunakan paradigma dan pendekatan seperti biasa, ya tidak akan optimal," kata Eliza kepada detikcom.

berkaca dari berbagai kebijakan sektor pertanian pemerintahan sebelum-sebelumnya, dia menilai itu masih hanya berfokus pada peningkatan produksi, bukan fokus pada peningkatan kesejahteraan petani. Dia menyebut penyelesaian tersebut tidak dapat menyelesaikan hingga ke akar utama persoalannya. Alhasil, proyek serta kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kurang melibatkan dan berdampak nyata terhadap kesejahteraan petani.

Menurutnya, pemerintah harus bisa membangun ekosistem hilirisasi melalui agroindustri yang terintegrasi. Dengan begitu, petani menjadi penyedia bahan baku industri kecil, menengah, hingga besar.

"Hal ini dampaknya tidak hanya dirasakan oleh petani karena ada kepastian harga dan market. Namun, akan berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja di sektor industri," imbuhnya.

Dengan demikian, multiplier effect membangun hilirisasi pertanian akan lebih luas sehingga bisa mendorong perekonomian indonesia tumbuh lebih tinggi.

Simak juga Video 'Prabowo Pede Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Tembus 8%, Ini Kata Airlangga':






(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork