Cerita Menteri KP, Ekspor Ditolak Eropa Gegara Cara Mancing Ikan RI Barbar

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Minggu, 02 Jun 2024 21:10 WIB
Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono - Foto: detikcom/Shafira Cendra Arini
Jakarta -

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, Indonesia belum berhasil melakukan ekspor ke negara-negara kawasan Eropa. Hal ini lantaran cara nelayan-nelayan Indonesia menangkap ikan dipandang masih 'barbar'.

Hal ini disampaikannya dalam momentum peluncuran modelling Penangkapan Ikan Terukur (PIT) di Kota Tual. Informasi itu didengar Trenggono dari jajaran atasenya tatkala penjajakan untuk ekspor produk perikanan ke Eropa.

"Sampai hari ini kita belum mampu dan belum bisa berhasil ekspor produk perikanan kita ke Eropa. Salah satu yang saya dapatkan informasi kenapa itu terjadi, dia cuman jawab cara penangkapan kalian masih barbar," kata Trenggono dalam sambutannya, di Tual, Maluku Tenggara, Minggu (2/6/2024).

Adapun barbar yang dimaksud ialah cara penangkapan ikan yang masih menggunakan metode tradisional dan belum mempertimbangkan keberlanjutan perikanan. Oleh karena itu, menurutnya PIT menjadi salah satu langkah transformasi bagi industri perikanan RI untuk menuju ke arah perikanan yang mengedepankan keberlanjutan dan budidaya.

"Jadi inilah salah satu jawabannya, penangkapan terukur itu adalah untuk memberikan keyakinan kepada market di dunia juga bahwa ikan ditangkap dengan cara yang lebih lebih manusiawi lebih baik. Dan ikan yang lebih bisa dideteksi bawah ini dari mana, jenisnya seperti apa, peralatan tangkap seperti apa, dan lebih efisien," sambungnya.

Selain Tual dan Kepulauan Arafura, pihaknya menargetkan akan ada tiga titik pengembangan modeling PIT lainnya di Zona 3 sehingga totalnya akan ada 5 area modelling. Menurutnya, beberapa titik potensial ada di kawasan pantai Papua seperti Merauke hingga Ambon, Maluku.

PIT diharapkan akan meningkatkan produktivitas di daerah sehingga diharapkan dapat menjadi katalisator dalam mendongkrak perekonomian Indonesia. Trenggono menjelaskan, ekonomi daerah bisa didorong melalui langkah pemusatan produktivitas, di mana penangkapan hingga pengolahan hasil tangkapan akan dilakukan langsung di Tual dan Kepulauan Aru.

"Terus kalau ada pertanyaan yang sering ditanyakan ke saya oleh nelayan atau pelaku industri di Pantura, 'Pak kalau di Jawa butuh ikan gimana?' Ya dikirim aja, dia beli dari Ambon atau dari Tual atau dibeli dari Benjina dikirim ke Jawa. Akan jauh lebih efisien dibandingkan dengan kapalnya dari Jawa nangkap sini balik lagi, ongkosnya sudah double sehingga tidak efisien," jelasnya.

Dalam proses implementasi model PIT di zona 3, total ada sebanyak 187 kapal yang sebelumnya menyetor ikan ke zona 6 Jakarta, kini telah disinergikan untuk menjaring dan menyetor ikan di Tual dan Kepulauan Aru. Diestimasikan transaksi bisa dihasilkan Rp 48,4 miliar per bulan.




(kil/kil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork