Petani cabai mulai tidak ingin menanam cabai lagi karena beberapa bulan harga mengalami penurunan tajam. Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid mengatakan selama lima bulan harga cabai merah keriting saja hanya Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kilogram (kg).
Padahal Harga Pokok Produksi (HPP) cabai merah keriting mencapai Rp 20.000. Hamid menyebutkan HPP itu terdiri dari input produksi Rp 10.000 dan upah tenaga kerja Rp 10.000.
"Jadi kalau Rp 3.000/kg, tenaga kerja nggak dibayar, inputnya sudah termakan. Pasti susah petani kan. Bayangkan saja harganya Rp 3.000-Rp 4.000/kg, HPP input saja Rp 10.000. Selama 4 bulan, sudah bagus nggak gantung diri mereka," kata dia ditemui di Kantor Badan Pangan Nasional, Kamis (5/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu sebabnya, banyak petani cabai yang tidak lagi merawat tanamannya. Bahkan di beberapa tempat sengaja dibongkar dan diganti dengan tanaman lain yang lebih menguntungkan.
"Di Lampung (area cabai) cuma 100 ha, bahaya loh kalau Lampung saja 100 ha. Kalau Lampung harusnya 400 ha, itu nggak terurus karena harga murah terus. Bayangkan murah terus 4-5 bulan," tambahnya.
Kondisi yang sama juga terjadi pada jenis cabai rawit merah. Apalagi produksi juga akan terganggu dengan cuaca ekstrem. Hamid memprediksi harga bisa melonjak saat menjelang Ramadan 2025 ke level Rp 60.000/kg di pasar.
"Di Tuban di bongkar semua, Tuban CRM (cabai rawit merah). CRM agak mengkhawatirkan (diprediksi) harga bisa di atas Rp 60.000/kg di pasar, di petani Rp 40.000/kg, itu masuk bulan Ramadan. Ditambah banjir, iklimnya," ucapnya.
Menurutnya jika kondisi tersebut tidak dibantu tangan pemerintah, diprediksi pasokan cabai akan kurang. Buntutnya harga akan melonjak di pasaran.
"Tekanannya kan kalau rusak, nggak dipelihara lagi, banjir, hujan, penyakit, itu tekanannya. Semakin berkurang (pasokannya), tetapi pasar kan tetap (beroperasi)," tuturnya.
Menurutnya pemerintah harus memiliki skema lagi untuk membantu petani ketika pasokan melimpah dan harga murah. Jangan sampai skema pemerintah hanya membantu saat harga lagi mahal.
"Nah kita sedang usahakan ke Bapanas ke pemerintah ada proteksi petani untuk kesejahteraan hidup. Kita juga nggak ingin dengan harga jual, misalnya harga acuan Rp 26.000/kg, nggak mungkin, minimal dia kasih harga input plus tenaga kerja. Harga inpur Rp 10.000 dan tenaga kerja Rp 3.000 deh. Jadi Rp 13.000, itu sudah bagus." ujar dia.
(kil/kil)