Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkopas) mengungkap, jumlah pengunjung pasar terus mengalami penurunan sejak masa pandemi COVID-19. Saat ini, pengunjung pasar disebut turun hingga 40%.
Dalam tinjauan detikcom di beberapa pasar pada Senin (9/12/2024) kemarin, ditemui pasar tradisional yang sepi dari pengunjung. Beda halnya dengan pasar modern, di mana jumlah pengunjung stabil dan meningkat di hari-hari libur Sabtu dan Minggu.
Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin, tak menampik rendahnya daya beli menjadi salah satu faktor penyebab sepinya pengunjung pasar tradisional. Akan tetapi, pergeseran pola berbelanja yang mendorong aktif pengunjung pasar tradisional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Covid telah memaksa masyarakat familiar dengan teknologi tersebut. Hal yang sama juga terjadi dengan gaya belanja, dulu datang secara fisik, sekarang lebih banyak yang belanja online, termasuk pesan makanan," kata Wijayanto saat dihubungi detikcom, Selasa (10/12/2024).
Di samping itu, Wijayanto menyebut kualitas layanan dan kenyamanan berbelanja juga menjadi salah satu faktor penyebab. Misalnya, tutur Wijayanto, akurasi timbangan, kepastian harga, hingga metode pembayaran digital yang kerapkali sulit ditemui di pasar tradisional.
Selain itu, Wijayanto juga menilai lokasi pasar tradisional semakin jauh dari perumahan lantaran adanya pergeseran demografi wilayah sekitarnya. Berbeda dengan kondisi sebelumnya, di mana pasar dikelilingi perumahan hingga pergeseran perumahan menjadi kawasan komersial.
"Di banyak negara, pasar tradisional tetap tidak pernah kehilangan daya tarik, bahkan di negara maju sekalipun. Peningkatan kualitas layanan, kenyamanan, dan keamanan perlu mendapatkan prioritas," tutupnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai, rendahnya daya beli menjadi penyebab masyarakat enggan berbelanja, baik ke pasar maupun mall. Ia menilai, masyarakat memilih untuk menekan konsumsi untuk memastikan kelangsungan hidup ke depan.
"Mereka lebih menahan konsumsinya karena tidak mengetahui bagaimana kepastian nasib mereka di hari-hari berikutnya. Maka mereka lebih memilih tidak berbelanja, jika pun berbelanja maka akan mengurangi belanjaan mereka," kata Huda kepada detikcom, Selasa (10/12/2024).
Huda menuturkan, hal itu sejalan dengan indeks perdagangan ritel yang melemah pada beberapa bulan terakhir di tahun 2024. Selain itu, ia juga menilai sepinya pengunjung terjadi seiring pembangunan minimarket yang semakin masif.
"Saya mencatat ada pertumbuhan 8,4% per tahun untuk pembangunan minimarket, swalayan, ataupun supermarket. Sedangkan untuk pasar berkurang sebesar 6,5% per tahun. Orang sekarang lebih mudah menemukan minimarket dibandingkan dengan ATM," tutupnya.
Sebelumnya, Ketua Harian Inkopas Andrian Lame Muhar mengatakan daya beli masyarakat turun tercermin dari pembeli di pasar yang semakin menurun. Ia menyebut jumlah pembeli di pasar anjlok 40%.
"Daya beli masyarakat sangat menurun, sehingga di pasar-pasar rakyat kami lagi sepi, bahkan sekarang turun 40% dari masa COVID," ungkap dia dalam rapat koordinasi harga dan pasokan pangan natal dan tahun baru di Kantor Bapanas, Jakarta, Kamis (5/12/2024).
Untuk itu pedagang pasar berharap ada upaya pemerintah dalam mendorong daya beli masyarakat agar pasar tidak sepi. Sementara dari pihak Inkopas berencana untuk menggratiskan biaya parkir di pasar. Tujuannya, untuk meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berbelanja ke pasar.
Tonton juga video: Semarak Pasar Banyumas Sambut HUT RI, Semua Serba Merah Putih