Pengusaha Beras Ketiban Sial Gara-gara Kasus Oplosan, Kok Bisa?

Pengusaha Beras Ketiban Sial Gara-gara Kasus Oplosan, Kok Bisa?

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 25 Jul 2025 14:45 WIB
Petugas membawa contoh beras yang dijual saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat (25/7/2025). Sidak dilakukan untuk memeriksa harga dan kualitas beras pascatemuan sejumlah merek beras yang diduga tidak sesuai standar mutu dan takaran yang ditetapkan. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Jakarta -

Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) prihatin atas maraknya kasus beras oplosan berkualitas medium namun dijual sebagai beras premium. Sebab praktik ini dinilai tidak hanya merugikan masyarakat, tapi juga para pengusaha beras secara keseluruhan.

Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso, mengatakan jumlah penggilingan padi di Indonesia saat ini ditaksir mencapai 169 ribu pengusaha. Dari jumlah pengusaha sebanyak itu, ia tidak memungkiri akan ada oknum nakal yang bertindak curang dan melakukan pengoplosan.

"Dari 169 ribu itu kan pasti, kalau ada yang nakal ya pasti mungkin gitu ya. Tapi apakah semua nakal? kan tidak. Yang tidak nakal pun kan masih getahnya lah paling tidak," kata Sutarto kepada detikcom, Jumat (25/7/2025).

Namun karena ulah sejumlah oknum ini, Sutarto mengatakan semua pengusaha penggilingan malah ikut kena getahnya. Mulai dari menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat hingga banyaknya pengusaha yang akhirnya harus ikut pemeriksaan di Kepolisian atau instansi lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang rugi itu bukan hanya konsumen. Pada akhirnya penggilingan padi yang lain pun juga kena. Paling nggak imbasnya itu kan nanti akan ada pemeriksaan, penggilingan padi semua dianggap semua sama," keluhnya.

Padahal menurutnya sedari awal asosiasi selalu melakukan penyuluhan dan edukasi kepada para anggotanya untuk tidak melakukan praktik-praktik yang dapat merugikan masyarakat, seperti mengoplos beras medium menjadi premium.

ADVERTISEMENT

Sehingga ia merasa sangat disayangkan ketika ada pengusaha penggilingan yang melakukan pengoplosan. Terlebih jika pengusaha itu merupakan bagian dari asosiasi, baik yang aktif terlibat atau hanya sekedar terdaftar sebagai anggota.

"Sejak awal asosiasi selalu mengingatkan kepada anggotanya, jangan melakukan kecurangan-kecurangan yang merugikan kepada masyarakat, yang selalu kita jaga bersama, seyogianya kita jaga bersama. Meskipun kita prihatin ya pasti, kenapa sampai terjadi seperti itu," ucap Sutarto.

Karena hal inilah Perpadi ikut mendorong upaya pemerintah dalam menindak pelaku atau oknum pengusaha yang terbukti melakukan kecurangan. Sutarto bahkan mengaku tak segan-segan mengeluarkan oknum tersebut dari asosiasi jika yang bersangkutan bagian dari Perpadi.

Namun ia meminta agar proses penyelidikan dilakukan secara menyeluruh dari hulu ke hilir, tidak hanya menyasar penjual beras ataupun penggilingan padi saja. Sebab bisa jadi permasalahan beras oplosan ini terjadi di bagian lain dalam rantai pasok.

"Memang pengawasan ini kami sependapat bahwa perlu dilakukan, tapi bukan hanya sepotong-sepotong. Kalau kita berbicara mengenai ekosistem perberasan, ini kan mulai dari penyediaan gabah oleh petani di lapangan, kemudian masuk ke penggilingan untuk diolah, setelah diolah menjadi beras, baru nanti masuk di pendistribusian dan ke pasaran," paparnya.

(igo/fdl)

Hide Ads