Realisasi Investasi Rp 477 T, RI Masih Dibayangi Ketimpangan-Pengangguran

Heri Purnomo - detikFinance
Minggu, 03 Agu 2025 19:30 WIB
Ilustrasi - Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Indonesia mencatat realisasi investasi kuartal II 2025 sebesar Rp 477,7 triliun naik 2,7% dibanding kuartal sebelumnya sebesar Rp 465,2 triliun. Dengan total investasi sepanjang semester pertama tahun ini sebesar Rp 942,9 triliun, Indonesia telah mencapai hampir 50% dari target tahunan sebesar Rp 1.905,6 triliun.

Namun di balik capaian tersebut ada sejumlah hal yang harus diwaspadai oleh pemerintah. Research Director Prasasti Center for Policy Studies Gundy Cahyadi mengatakan bahwa secara total investasi meningkat, Penanaman Modal Asing (PMA) justru mengalami kontraksi 6,9% dibanding periode yang sama tahun lalu. PMA pada kuartal II tercatat sebesar Rp 202 triliun atau 42,3% dari total investasi langsung.

Ia mengatakan hal ini merupakan penurunan tahunan pertama sejak kuartal III 2021, yang mencerminkan meningkatnya kehati-hatian investor global akibat ketidakpastian eksternal, termasuk potensi keberlanjutan kebijakan tarif era Trump di Amerika Serikat.

"Investor tengah bersikap lebih hati-hati dalam jangka pendek, namun mereka tetap melihat Indonesia sebagai destinasi strategis. Fundamental ekonomi dan arah kebijakan struktural kita masih menjadi daya tarik besar," jelas Gundy dalam siaran pers, Minggu (3/8/2025).

Dari sisi ketenagakerjaan, investasi pada kuartal ini menciptakan 665.764 lapangan kerja baru, naik 12% dibandingkan kuartal I. Hampir separuh di antaranya tercipta di luar Pulau Jawa, mencerminkan kemajuan dalam agenda pemerataan pembangunan.

Namun, tantangan struktural masih perlu diwaspadai. Pekerjaan formal masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan, belum mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja yang mencapai 3,5 hingga 4 juta orang per tahun.

"Keterbatasan perlindungan sosial di sektor informal juga mempersempit pilihan kerja dan memperbesar ketimpangan," ujar Gundy.

Dia juga menekankan pentingnya memperhatikan risiko jangka menengah, seperti otomatisasi. Di mana sekitar 30% pekerjaan di sektor manufaktur dan pertanian berisiko tergantikan otomatisasi dalam 10-20 tahun ke depan.

"Di saat yang sama, 22-23% anak muda Indonesia tidak sedang bekerja, sekolah, maupun menjalani pelatihan. Ini adalah peringatan serius bagi agenda pembangunan kita," ujarnya.




(kil/kil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork