Naik Umum atau Pribadi, Dua-duanya Bikin Lelah & Boncos Pekerja Jakarta

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Senin, 04 Agu 2025 14:05 WIB
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Ongkos pulang pergi kantor para pekerja di Jakarta ternyata menguras isi dompet, terutama bagi para pekerja yang bertempat tinggal di pinggiran. Setiap hari banyak yang harus ganti transportasi umum untuk sampai ke kantor.

Sebagai contoh ada Rifaldo (26), pekerja asal Bekasi yang berkantor di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Dalam sebulan dirinya paling sedikit harus menghabiskan hingga Rp 912.000, belum termasuk ongkos ojek online (ojol) jika dirinya harus pulang lebih malam karena pekerjaan.

Meski biaya transportasi yang dikeluarkan terbilang cukup besar, terlebih saat besaran gaji masih sangat terbatas, ia mengatakan masih lebih baik menggunakan kendaraan umum seperti yang dilakukannya sehari-hari daripada menggunakan kendaraan pribadi.

Sebab baik menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, keduanya sama-sama melelahkan dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Perbedaannya hanya lelah mengemudikan kendaraan atau lelah karena sering berdiri di transportasi umum saat menempuh perjalanan yang cukup jauh.

"Saya dari dulu nggak dibolehin naik motor. Kalau mobil di rumah ada, cuma itu dipakai terus. Lagi pula kalau naik mobil itu macet, apalagi rumah saya dekat kawasan pabrik, pagi-pagi suka banyak truk lewat, jadi padat banget," terang Rifaldo saat ditemui detikcom di sekitar Stasiun Sudirman, Senin (4/8/2025).

Dari segi biaya perjalanan yang dikeluarkan, menurut Rifaldo menggunakan kendaraan pribadi juga tidak lebih murah. Sebab ia harus mengeluarkan ongkos bensin, parkir, hingga tol jika ingin mempersingkat waktu perjalanan.

"Bawa mobil juga akhirnya kalau mau lebih cepat lewat tol, ujung-ujungnya jadi mahal juga. Belum bensin, parkir segala," ucapnya.

Pada akhirnya ia tetap menggunakan moda transportasi umum dari rumah sampai ke kantor setiap Senin sampai Sabtu, meski menurutnya ongkos perjalanan itu tidaklah murah. Terlebih mengingat gajinya belum seberapa, bahkan menurutnya masih di bawah UMP Jakarta karena statusnya di perusahaan masih peserta pelatihan kerja.

"Kalau saya sih lumayan berat juga sih. Apalagi karena saya gajinya juga masih dibilang di bawah UMR lah untuk gaji di Jakarta. Karena saya kan istilahnya masih pelatihan. Belum full tetap, namanya bukan magang tapi bukan full time juga," kata Rifaldo.

Begitu juga dengan Raju (27) yang sehari-hari harus menempuh perjalanan dari Cikarang menuju kantornya yang berlokasi di Jakarta Selatan, yang bisa menghabiskan ongkos pulang pergi Rp 50.000 per hari. Jika dihitung-hitung dalam sebulan kurang lebih harus menghabiskan biaya sampai Rp 1.000.000.

Meski begitu ia lebih rela berdesak-desakan menggunakan kendaraan umum menuju kantor daripada menggunakan kendaraan pribadi seperti motor untuk bekerja. Sebab perjalanan dari Cikarang sampai ke Jakarta Selatan bisa sangat memakan waktu dan tenaga. Belum lagi dirinya juga tetap harus membeli bensin untuk perjalanan tersebut.

"Kalau untuk itu sih biar hemat waktu sama biayanya lebih murah. Soalnya kalau naik motor ujung-ujungnya bensinnya juga mahal. Capek juga kan di jalan, macet," keluhnya.

Pada akhirnya, untuk lebih menekan biaya perjalanan PP kantor yang sudah mahal dan melelahkan, Raju tetap memilih untuk naik motor hanya sampai stasiun kemudian beralih naik KRL.

"Naik KRL setiap hari kalau dibilang capek ya capek. Cuma mau gimana, masih lebih mending gitu kan daripada bawa motor sampai sini," terangnya.

Lihat juga Video: 17 Agustus 2025 Naik Transportasi Umum di Jakarta Cuma Bayar Rp 80




(igo/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork