"Rupiah melemah sejak pilpres makin ketat. Dua calon makin ketat jaraknya. Itu kemudian pasar merespons, karena buat pasar yang penting pasti. Kalau ketat kan belum tahu," ungkap Chatib di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Selasa (3/6/2014).
Penyebab selanjutnya, tambah Chatib, adalah laporan neraca perdagangan yang defisit sebesar US$ 1,9 miliar pada April. "Memang agak diperlemah dengan angka defisit neraca perdagangan," ujarnya.
Chatib melanjutkan, rupiah akan tetap dibiarkan bergerak sesuai dengan fundamentalnya. Sejauh ini, dia memperkirakan nilai tukar akan bergerak dekat dengan asumsi yang diajukan pemerintah dalam RAPBN-P 2014, yaitu Rp 11.700 per dolar AS.