Dikutip dari Reuters, dolar sempat diperdagangkan hingga titik tertingginya di Rp 11.825 per dolar AS. Sementara titik terendahnya dolar AS kemarin ada di kisaran adalah Rp 11.780 per dolar AS.
Apa yang menyebabkan dolar AS melonjak cukup tinggi tersebut? Simak rangkuman detikFinance di sini, Rabu (4/6/2014).
Kedua adalah reaksi atas neraca perdagangan yang pada April mengalami defisit cukup dalam, yaitu US$ 1,9 miliar.
"Ini membuat pasar punya ekspektasi terhadap kemungkinan membesarnya defisit transaksi berjalan," kata Juniman.
Selain neraca perdagangan yang mengalami defisit, bulan-bulan ini juga merupakan musim pembayaran dividen ke luar negeri sehingga bisa menambah defisit transaksi berjalan. "Kami perkirakan pada kuartal II ini ada US$ 7 miliar yang keluar untuk dividend payment. Ini juga yang menekan nilai tukar rupiah," tutur Juniman
Pada kuartal II-2014, Juniman memperkirakan defisit transaksi berjalan bisa mencapai 3,2-3,5% terhadap PDB. Naik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2,06% PDB.
Faktor ketiga, lanjut Juniman, datang dari dunia politik. Pasar melihat dua pasangan capres-cawapres yang ada yaitu Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sudah sama kuat.
"Market sulit melihat siapa yang akan menang. Ini menyebabkan ketidakpastian, sehingga investor cenderung wait and see," ucap Juniman.
Kepala Ekonom BII, Juniman, menyatakan pelemahan rupiah dalam beberapa hari terakhir disebabkan oleh 3 hal. Pertama adalah pemulihan ekonomi di AS, sehingga dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia.
Kedua adalah reaksi atas neraca perdagangan yang pada April mengalami defisit cukup dalam, yaitu US$ 1,9 miliar.
"Ini membuat pasar punya ekspektasi terhadap kemungkinan membesarnya defisit transaksi berjalan," kata Juniman.
Selain neraca perdagangan yang mengalami defisit, bulan-bulan ini juga merupakan musim pembayaran dividen ke luar negeri sehingga bisa menambah defisit transaksi berjalan. "Kami perkirakan pada kuartal II ini ada US$ 7 miliar yang keluar untuk dividend payment. Ini juga yang menekan nilai tukar rupiah," tutur Juniman
Pada kuartal II-2014, Juniman memperkirakan defisit transaksi berjalan bisa mencapai 3,2-3,5% terhadap PDB. Naik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2,06% PDB.
Faktor ketiga, lanjut Juniman, datang dari dunia politik. Pasar melihat dua pasangan capres-cawapres yang ada yaitu Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sudah sama kuat.
"Market sulit melihat siapa yang akan menang. Ini menyebabkan ketidakpastian, sehingga investor cenderung wait and see," ucap Juniman.
pelemahan rupiah yang terjadi saat ini hanyalah fenomena temporer. Dia melihat ada peluang bagi rupiah untuk kembali menguat selepas Juli.
"Pelemahan rupiah saat ini salah satunya disebabkan reaksi investor atas defisit neraca perdagangan yang cukup besar. Ini karena impornya memang cukup tinggi," kata Juniman.
Pada April, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor mencapai US$ 16,26 miliar. Menurut Juniman, penyebabnya adalah persiapan dunia usaha untuk menghadapi Ramadhan-Idul Fitri.
Sampai Juli, Juniman memperkirakan impor masih akan tetap di kisaran US$ 16 miliar. Namun selepas itu, impor akan turun seiring ekonomi Indonesia yang sebenarnya tengah melambat.
Kemudian, tambah Juniman, ekspor juga bisa membaik ketika Indonesia kembali masuk ke negara-negara maju seperti AS atau kawasan Eropa. Saat ini, negara-negara tersebut sedang menuju pemulihan ekonomi.
pelemahan rupiah yang terjadi saat ini hanyalah fenomena temporer. Dia melihat ada peluang bagi rupiah untuk kembali menguat selepas Juli.
"Pelemahan rupiah saat ini salah satunya disebabkan reaksi investor atas defisit neraca perdagangan yang cukup besar. Ini karena impornya memang cukup tinggi," kata Juniman.
Pada April, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor mencapai US$ 16,26 miliar. Menurut Juniman, penyebabnya adalah persiapan dunia usaha untuk menghadapi Ramadhan-Idul Fitri.
Sampai Juli, Juniman memperkirakan impor masih akan tetap di kisaran US$ 16 miliar. Namun selepas itu, impor akan turun seiring ekonomi Indonesia yang sebenarnya tengah melambat.
Kemudian, tambah Juniman, ekspor juga bisa membaik ketika Indonesia kembali masuk ke negara-negara maju seperti AS atau kawasan Eropa. Saat ini, negara-negara tersebut sedang menuju pemulihan ekonomi.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pelemahan rupiah memang sudah terjadi beberapa waktu lalu. Salah satu faktor penyebabnya adalah persaingan ketat antar pasangan capres-cawapres yaitu Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
"Rupiah melemah sejak pilpres makin ketat. Dua calon makin ketat jaraknya. Itu kemudian pasar merespons, karena buat pasar yang penting pasti. Kalau ketat kan belum tahu," ungkap Chatib di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Selasa (3/6/2014).
Penyebab selanjutnya, tambah Chatib, adalah laporan neraca perdagangan yang defisit sebesar US$ 1,9 miliar pada April. "Memang agak diperlemah dengan angka defisit neraca perdagangan," ujarnya.
Chatib melanjutkan, rupiah akan tetap dibiarkan bergerak sesuai dengan fundamentalnya. Sejauh ini, dia memperkirakan nilai tukar akan bergerak dekat dengan asumsi yang diajukan pemerintah dalam RAPBN-P 2014, yaitu Rp 11.700 per dolar AS.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pelemahan rupiah memang sudah terjadi beberapa waktu lalu. Salah satu faktor penyebabnya adalah persaingan ketat antar pasangan capres-cawapres yaitu Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
"Rupiah melemah sejak pilpres makin ketat. Dua calon makin ketat jaraknya. Itu kemudian pasar merespons, karena buat pasar yang penting pasti. Kalau ketat kan belum tahu," ungkap Chatib di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Selasa (3/6/2014).
Penyebab selanjutnya, tambah Chatib, adalah laporan neraca perdagangan yang defisit sebesar US$ 1,9 miliar pada April. "Memang agak diperlemah dengan angka defisit neraca perdagangan," ujarnya.
Chatib melanjutkan, rupiah akan tetap dibiarkan bergerak sesuai dengan fundamentalnya. Sejauh ini, dia memperkirakan nilai tukar akan bergerak dekat dengan asumsi yang diajukan pemerintah dalam RAPBN-P 2014, yaitu Rp 11.700 per dolar AS.
Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia (BI), menilai pergerakan rupiah masih dalam tahap wajar. "Masih dalam toleransi. Itu masih dalam range yang kami anggap stabil," kata Agus di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Selasa (3/6/2014).?
Pandangan tersebut, lanjut Agus, didasarkan pada stabilnya sejumlah faktor fundamental. "Kami justru melihat secara cadangan devisa, kita kondisinya lebih baik dari kondisi yang sebenarnya. Jadi secara umum kondisi moneter kita dalam keadaan baik," kata Agus.
Adapun batas toleransi posisi rupiah diterangkan Agus berada dalam rentang Rp 11.600-11.800 per dolar AS.
Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia (BI), menilai pergerakan rupiah masih dalam tahap wajar. "Masih dalam toleransi. Itu masih dalam range yang kami anggap stabil," kata Agus di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Selasa (3/6/2014).?
Pandangan tersebut, lanjut Agus, didasarkan pada stabilnya sejumlah faktor fundamental. "Kami justru melihat secara cadangan devisa, kita kondisinya lebih baik dari kondisi yang sebenarnya. Jadi secara umum kondisi moneter kita dalam keadaan baik," kata Agus.
Adapun batas toleransi posisi rupiah diterangkan Agus berada dalam rentang Rp 11.600-11.800 per dolar AS.