Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku pemerintah akan tetap berhati-hati dengan dinamika global yang terjadi belakangan ini. Pasalnya, hal tersebut dapat mengusik stabilitas nilai tukar rupiah.
"Kita setiap hari ini selalu ada berbagai faktor bisa saling mempengaruhi. Jadi pada minggu terakhir ini faktor yang berasal dari Turki menjadi muncul secara global, karena tidak dari sisi magnitude-nya yang terjadi dinamika di Turki," kata Sri Mulyani di JS Luwansa Hotel, Jakarta, Senin (13/8/2018).
Untuk Indonesia, lanjut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2018 sebesar 5,27% yang didorong oleh konsumsi pun harus dipacu lagi dengan meningkatkan ekspor dan investasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, perekonomian Indonesia yang tumbuh 5,27% menandakan masih dalam kondisi baik, apalagi dengan tingkat inflasi yang rendah. Namun, agar stabilitas nilai rupiah tidak terganggu dirinya akan mewaspadai perkembangan segala bentuk neraca, baik APBN, BUMN, maupun swasta.
"Ekonomi akan terus dijaga dengan melihat waspada baik neraca yang dimiliki pemerintah yaitu neraca APBN, neraca BUMN dan juga dari sisi kebijakan moneter, inflasi rendah mandatnya BI menjaga stabilitas rupiah kita. Neraca perbankan juga diawasi oleh OJK maupun lembaga keuangan. Kita akan terus waspada dan terus melakukan exercise bagaimana kalau kondisi global menimbulkan dinamika yang jauh lebih tinggi lagi, dan itulah yang harus kita siapkan," kata Sri Mulyani.
Pemerintah, kata Sri Mulyani akan lebih fokus pada perbaikan neraca transaksi berjalan atau CAD. Pasalnya, posisi CAD saat ini masih defisit 3%. Meski masih lebih rendah dibandingkan tahun 2015, pemerintah akan tetap hati-hati.