Dolar AS Masih Tinggi, RI Bakal Krisis?

Dolar AS Masih Tinggi, RI Bakal Krisis?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 11 Sep 2018 11:15 WIB
Dolar AS Masih Tinggi, RI Bakal Krisis?
Foto: Ari Saputra
Untuk negara berkembang, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan terjadi pelemahan mata uang negara-negara berkembang sejak 2013.

"Intinya kan disampaikan bahwa gejolak kurs itu kan emang dialami banyak negara berkembang sejak 2013," kata Mirza di gedung DPR, Jakarta, Senin (10/9/2018).

Mirza mengatakan, penyebab pelemahan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang termasuk rupiah adalah suku bunga Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR).

Kemudian, faktor selanjutnya adalah perang dagang AS dengan China. Bahkan negeri Tirai Bambu itu merespon dengan melemahkan kurs dan ekonominya.

"Kalau Tiongkok melemahkan kursnya, kurs negara lain juga ikut melemah kan. Turki dan Argentina yang juga pemulihan ekonominya tidak baik sehingga kemudian Turki dan Argentina menimbulkan sentimen di emerging market," jelas dia.

Kejadian tersebut, kata Mirza membuat arus modal atau capital inflow ke negara berkembang menjadi sedikit karena adanya penilaian yang sama di mata investor terhadap negara berkembang.

Untuk menahan pelemahan ini, Mirza mengungkapkan pemerintah harus memperbaiki neraca perdagangan yang masih defisit. Beberapa langkah pemerintah pun sudah dilakukan seerti implementasi pemanfaatan biodiesel 20% (B20), penundaan beberapa proyek ketenagalistrikan.

"Nah itu juga diharapkan bisa mengurangi impor minyak. Karena kan neraca ekspor impor minyak kita kan juga defisit. Nah jadi dr sisi upaya pemerintah saya rasa kita harus apresiasi, " ungkap dia.

Hide Ads