Presiden Direktur Merza Fachys menjelaskan, industri telco di Indonesia memang sudah mengalami tekanan sejak lama. Hal itu disebabkan mulai dari kebiasanan masyarakat yang mulai menggunakan aplikasi dan tinggalkan sms serta telepon, hingga masuknya 4G di 2015.
"Masuknya 4G di 2015 ini merupakan satu peristiwa dimana seluruh pemain harus siapkan capex (belanja modal) besar. Sekali digelar, mau tidak mau ya ikut di dalam. Capex ini bukan main besarnya," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Tekanan itu membuat seluruh lelaku telco mengalami kinerja yang buruk. Nah pemerintah, kata Merza, menilai untuk mendorong efiensi di industri telco adalah penggabungan perusahaan-perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga mengakui, selama ini para pemain telco sangat aktif berdiskusi satu sama lain tentang arahan merger itu. Menurutnya pembicaraan belakangan juga semakin intens.
"Bukan rahasia banyak terjadi pembicaraan antara semua pemain dan memang belakangan ini makin kenceng pembicaraannya. Ini karena memang pemain sadari ini jalan keluarnya untuk efisiensi industri telco," tambahnya.
Meski mengakui, bahwa perusahaan terbuka untuk merger, Merza menegaskan bahwa belum ada tercapainya kesepakatan dengan pihak manapun. Pihaknya pun masih menanti perkembangan dari industri telco RI
"Nah sampai kapan akhirnya jadi kesimpulan mari kita tunggu. Karena masalahnya pelik," tutupnya.