Dolar AS Ngamuk Tembus Rp 16.000, Ini Bedanya dengan Krismon 1998

Dolar AS Ngamuk Tembus Rp 16.000, Ini Bedanya dengan Krismon 1998

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Sabtu, 21 Mar 2020 06:00 WIB
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin tajam, Selasa (16/12/2014). Saat ini, dolar AS sudah mendekati level Rp 12.900.
Foto: Rachman Haryanto


Senada, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan dolar AS memang sama-sama berada di level Rp 16.000-an. Namun ini berbeda dengan kondisi saat krisis 1998.

"Kondisi ini beda, waktu 1998 itu krisis ekonomi, karena fundamentalnya belum kuat. Saat ini, meski mengalami pelemahan tapi fundamental ekonomi kita kuat," katanya.

Dia menyampaikan saat ini pelaku pasar memang sedang menghadapi kepanikan yang luar biasa terkait virus corona di berbagai negara.

"Memang murni karena panik saja ini," jelas dia.


Ibrahim mengungkapkan penyebaran virus corona yang semakin mengkhawatirkan akibat kepanikan pasar membuat Bank Indonesia (BI) kemarin memutuskan menurunkan suku bunga BI sebesar 25 basis poin menjadi 4,5%. Keputusan itu diambil dengan melihat kondisi ekonomi global akibat dampak virus corona.

Selain itu BI juga menurunkan suku bunga deposit facility turun 25 bps menjadi 3,75% dan suku bunga lending facility turun 25 bps menjadi 5,25%. Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi yang terkendali dan langkah preemptive menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

"Apa yang dilakukan oleh Bank Indonesia sudah mengikuti sesuai dengan anjuran Bank Sentral global namun BI belum bisa menjaga stabilitas mata uang rupiah akibat pasar yang panik karena dinamika-dinamika penyebaran virus corona sangat cepat," jelas dia.



Simak Video "Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]

(acd/hns)

Hide Ads