"Di sisi lain pun juga BI kemarin menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin tapi tidak dibarengi dengan penurunan kredit, karena saat ini yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat itu kredit, saat Corona ini kan perbankan tidak menurunkan kredit, nah ini yang jadi permasalahan," tambahnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra. Menurut Ariston, kekhawatiran akan gelombang kedua COVID-19 bisa membuat rupiah melemah.
"Rupiah berpeluang melemah terhadap dolar AS ke arah resisten Rp 14.200 dengan support di kisaran Rp 14.050," kata Ariston.
Bahkan, nilai itu bisa jatuh lebih parah dari pelemahan awal kasus Corona, bila angka kasus COVID-19 semakin meningkat dan tidak terkendali.
"Kalau terlihat tidak terkendali, rupiah bisa melemah lebih parah (dari kasus awal COVID-19), saat ini masih terlihat terkendali dan pasar masih berharap ke penemuan vaksin dan obat perawatan COVID-19," tutupnya.
(ang/ang)