Namun, Yusuf enggan membocorkan keuntungan yang ia dapat dari aksi take profit di BRIS beberapa waktu lalu tersebut. Yusuf pun enggan merinci di level berapa saat itu dirinya lepas saham BRIS demikian juga di level berapa ia masuk di BRIS.
"Ketika kemudian saya dengan izin Allah narik dikit aja dari BRIS, saya sih nggak bisa sebut jumlahnya berapa, tapi ini semata-mata untuk pembelajaran aja sih, pengajaran, pengalaman, bahwa noh loh akhirnya kita punya untung kan, gitu, tapi lagi-lagi that's not the point, not the goals, bukan itu tujuannya, tujuannya adalah sekali chip in ya nggak chip out, pokoknya sekali naro udah dah riangkan diri, gembirakan diri sebagai owner sejati, pegang terus sampai anak cucu kita, kita puaskan nanti dengan dividennya," paparnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, beberapa bulan terakhir, BRIS mengalami penguatan hingga mencapai 940% jika dibandingkan dengan posisi terendahnya tahun ini. Jika dilihat dari awal tahun, saham BRIS sebenarnya cenderung melemah. Posisi terendah saham BRIS tahun ini terjadi pada 24 Maret 2020 di level Rp 135 per lembar.
Namun pada penutupan perdagangan 14 Oktober 2020, saham BRISyariah sudah bertengger di level Rp 1.405. Itu artinya selama hampir 7 bulan, saham BRIS sudah menguat 940%.
Seandainya saja ada investor, katakanlah dalam kasus ini Yusuf Mansur membeli saham BRIS pada akhir Maret lalu di level Rp 135 dengan modal Rp 10 juta maka Yusuf Mansur akan memegang 74.074 lembar saham BRIS atau 740 lot saham BRIS.
Jika Yusuf Mansur hingga saat itu (saat di level Rp 1.405) masih memegang saham BRIS, maka kepemilikan 74.074 lembar saham BRIS itu nilainya sekarang mencapai Rp 104.073.970.
Jika dikurangi modal investasinya maka Yusuf Mansur sudah cuan Rp 94 juta dalam waktu 7 bulan. Itu kalau investasinya Rp 10 juta, bisa hitung sendiri kalau investasinya mencapai Rp 100 juta, berapa keuntungan yang didapat.
(ang/ang)