Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan melemah ke depannya terhadap sejumlah mata uang. Pelemahan tersebut dinilai akan berlanjut sampai virus Corona (COVID-19) berakhir.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya mengatakan pelemahan nilai tukar dolar AS dikarenakan membengkaknya defisit anggaran karena permintaan stimulus yang meningkat.
"USD akan melemah ke depannya. Di mana kalau kita lihat belakangan ini fiskal defisit AS cenderung naik siginifikan. Dengan defisit yang cenderung melebar ini membuat dolar AS melemah. Kita percaya bahwa fiskal defisit AS ini akan berlangsung at least sampai COVID-19 berlangsung. Kalau menurut expert sepertinya bisa sampai 2023, tren dolar AS akan cenderung melemah," kata dia dalam media gathering yang dilakukan secara virtual, Jumat (13/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelemahan dolar AS juga dapat didorong oleh membaiknya ekspektasi pelaku pasar keuangan global terhadap lebih kalemnya pemerintahan Joe Biden, tidak agresif seperti halnya Donald Trump. Belum lagi pelaku pasar masih melihat ada harapan terhadap perbaikan ekonomi tahun depan.
"Capital market itu cenderung suka kepastian. Kalau yang Trump unpredictable, orang agak kurang suka. Biden dalam hal ini cenderung bisa predictable," ucapnya.
Pelemahan dolar AS dinilai akan positif terhadap harga komoditas yang akan naik. Salah satu komoditas yang akan diuntungkan yakni kenaikan harga nikel.
"Tren dolar AS akan cenderung melemah dan ini akan membuat commodity index akan positif. Makanya ini akan menguntungkan Indonesia karena Indonesia adalah negara komoditas dan kita melihat salah satu komoditas yang akan diuntungkan adalah nikel," tandasnya.