Nggak Bisa Sembarangan, Ini Tips Pilih Reksa Dana

Nggak Bisa Sembarangan, Ini Tips Pilih Reksa Dana

Danang Sugianto - detikFinance
Minggu, 22 Nov 2020 10:49 WIB
Ilustrasi Reksa Dana
Foto: Dok Bank Mega

Kedua cari benchmark untuk mengukur performa reksa dana. Data historis seputar imbal hasil sebuah reksa dana secara bulanan hingga tahunan tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan untuk memilih produk reksa dana. Anda bisa melakukan perbandingan dengan menggunakan beberapa acuan atau benchmark.

Kinerja reksa dana yang disertai benchmark bisa Anda temukan di fund fact sheet produk reksa dana. Namun Anda pun bisa melakukan perbandingan secara mandiri dengan menggunakan benchmark sebagai berikut:
- Reksa dana pasar uang vs bunga deposito
- Reksa dana pasar uang merupakan reksa dana yang memiliki underlying asset atau aset dasar berupa instrumen pasar uang. Beberapa di antaranya adalah deposito dan surat utang jangka pendek yang jatuh temponya di bawah satu tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kinerja reksa dana pasar uang memang tergolong lebih stabil ketimbang reksa dana lainnya. Satu-satunya cara untuk mengukur performa reksa dana adalah dengan membandingkannya dengan deposito bank umum.

Reksa dana campuran vs saham dengan IHSG. Jika reksa dana yang Anda beli adalah reksa dana saham, maka Anda bisa menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk mengukur performanya.

ADVERTISEMENT

Ketika kinerjanya bisa mengalahkan IHSG secara konsisten, maka hal itu bisa Anda pertimbangkan. IHSG pun bisa dijadikan benchmark untuk mengukur performa reksa dana campuran, asalkan komposisi portofolio efek di reksa dana campuran tersebut, sebagian besarnya adalah saham.

Reksa dana pendapatan tetap vs indeks obligasi. Sementara itu, untuk reksa dana pendapatan tetap, benchmark berupa Indonesian Indeks Obligasi Pemerintah, Indeks Obligasi Korporat, atau ICBI (Indonesia Composite Bond Index). Semuanya tergantung isi dari underlying asset dari reksa dana pendapatan tetap yang dipilih.

Ketika sebagian besar underlying asset adalah obligasi pemerintah, maka Indeks Obligasi Pemerintah bisa menjadi benchmark. Namun ketika obligasi swasta yang lebih banyak, Indeks Obligasi Korporat boleh dijadikan acuan.

Ketika seseorang memilih instrumen investasi yang memiliki volatilitas tinggi maka mereka juga mengharapkan imbal hasil yang tinggi. Sharpe ratio bisa digunakan untuk tingkat risiko dari reksa dana.

Tidak ada patokan berapa sharpe ratio yang terbaik. Sharpe ratio merupakan rasio yang mengukur kinerja reksa dana dengan perbandingan imbal hasil dan risiko (standar deviasi). Makin tinggi sharpe ratio maka makin baik kinerja reksa dana tersebut.

Jika Anda menemukan nilai sharpe ratio negatif di produk reksa dana, maka akan lebih baik bagi kita untuk memilih reksa dana yang sharpe ratio negatifnya paling kecil. Sharpe ratio yang negatif menandakan tingkat risiko lebih besar dibanding dengan tingkat pengembalian.

Ketika Anda membeli reksa dana di platform milik agen penjual efek reksa dana atau perusahaan sekuritas, maka nilai rasio ini akan tertera di daftar reksa dana. Nilai sharpe ratio juga bisa berubah, bisa saja satu reksa dana saham memiliki nilai sharpe ratio yang tinggi dalam 3 bulan namun minus di periode 1 tahun.

Draw down bisa dimaknai sebagai tingkat kerugian maksimal yang ada di produk reksa dana, atau bisa juga didefinisikan sebagai tingkat penurunan kinerja dari titik puncaknya ke titik terendah.

Untuk jangka waktu pendek (1-3 tahun), sangat disarankan untuk memilih reksa dana yang rendah fluktuasi seperti reksa dana pasar uang, atau pendapatan tetap.

Untuk jangka menengah (3-5 tahun), disarankan untuk memilih reksa dana pasar uang, pendapatan tetap dan campuran. Sementara itu untuk kebutuhan dana pendidikan di atas 5 tahun, maka reksa dana saham boleh dicoba.


(das/zlf)

Hide Ads