Bolehkah Influencer 'Endorse' Saham?

Bolehkah Influencer 'Endorse' Saham?

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 06 Jan 2021 11:06 WIB
Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis (13/2). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini pukul 12.00 menurun-0,67% ke posisi 5,873,30. Pergerakan IHSG ini masih dipengaruhi oleh sentimen atas ketakutan pasar akan penyebaran wabah virus corona.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Artis papan atas sekaligus influencer Raffi Ahmad dan Ari Lasso menjadi sorotan. Sosok tersohor itu tiba-tiba bicara soal saham dan merekomendasikan saham perusahaan tertentu.

Menurut Pengamat Saham dan Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee perlu dicari tahu motif Raffi maupun Ari dalam 'endorse' saham, yakni apakah mereka mendapatkan keuntungan tertentu atau murni sekedar berbagi informasi kepada pengikutnya. Jika mereka mendapatkan keuntungan, apa motif dibaliknya? itu perlu dijawab.

"Pertama fenomena yang terjadi ini apakah cuma orang baru investasi kemudian untung, kemudian karena semangat maka memberitakan hal tersebut, atau ada sesuatu dibaliknya, bisa saja dapat sesuatu untuk meng-endorse sesuatu kan," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (6/1/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk itu, dia menilai motif dibalik penyampaian rekomendasi saham tertentu, dalam hal ini yang dilakukan Raffi dan Ari perlu diselidiki.

Memang, sebenarnya tidak masalah jika Raffi dan Ari mendapatkan uang dari 'endorse' saham. Tapi, kata Hans ada ketentuan-ketentuan yang harus diikuti.

ADVERTISEMENT

"Kalau dia menerima bayaran tentu itu harus mengikuti aturan otoritas terkait dengan menjadi penasihat investasi. Jadi, kalau dia memberikan nasihat dengan mengutip dana tertentu dia harus mengikuti aturan otoritas, punya izin sebagai penasihat investasi," jelasnya.

Tetapi kalau seandainya mereka tidak memungut bayaran, kemudian merekomendasikan untuk membeli atau menjual saham tertentu sebenarnya tak ada masalah.

"Tentu kan masalahnya adalah kalau karena niat-niat tidak baik," sebutnya.

Dihubungi terpisah, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal FEB UI Budi Frensidy mengingatkan agar para influencer ini tidak asal dalam merekomendasikan saham.

"Mesti ada dasarnya atau alasannya, karena kalau seperti itu kan kita khawatir nanti followers ini ikut-ikutan, nanti akan bisa berisiko, nanti mereka yang ikut-ikutan ini rugi, apakah si selebriti ini bersedia atau pun akan bertanggung jawab kalau orang ikut-ikutan padahal harganya sudah tidak wajar?" ujarnya.

Kekhawatiran lainnya adalah bisa saja para influencer ini didekati oleh pihak-pihak tertentu yang memang berkepentingan untuk menaikkan harga saham dengan 'di-endorse''.

"Nah dengan disebutkan (direkomendasikan) tanpa ada dasar dan alasan apapun juga yang masuk akal dan bisa diterima, akhirnya semua pada ikut beli dan harganya naik (lalu) mereka jualan. Jadi mereka merekomendasikan apa yang mereka sudah miliki untuk nanti harga itu naik mereka akan jual terus dapat keuntungan," jelasnya.

Tapi, kata dia sebenarnya tidak apa-apa influencer ini merekomendasikan saham asal atas dasar yang jelas.

"Intinya setiap kali menyebarkan rekomendasi ini ada dasarnya. Jadi berikan penjelasannya kenapa itu menarik dan sebagainya, apakah secara fundamental, secara teknikal, secara momentum dan sebagainya. Kalau tidak ada, ya mereka perlu mempertanggungjawabkan dan bisa diminta tanggung jawab moralnya. Itu (saran) untuk para selebritinya yang endorser," paparnya.

Apa kata Bursa Efek Indonesia? Klik halaman selanjutnya

Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan fenomena tersebut ada di ranah yang abu-abu.

"Kita mau mereka (influencer) juga melakukan proses yg mirip-mirip lah dalam endorsing. Dan kalau influencer bilang "saya punya saham X loh" apakah artinya melakukan promosi? Disini kan agak abu-abu ya. Ibaratnya kalau Kim Kardashian pakai sepatu model baru terus diikuti fansnya, apakah dia promosi sepatu itu? Belum tentu juga ya," katanya kepada wartawan.

Menurutnya harus bijak juga dalam menyikapi fenomena baru itu karena memang dunia sudah berubah dalam banyak hal.

Tapi, pihaknya tetap mengingatkan agar influencer ini tetap berada dalam koridor yang diatur oleh bursa efek, dan jangan sampai melanggarnya.

"Nah terkait "jualan" ini, mereka perlu kita kasih tahu. Jangan sampai mereka melanggar (karena memang belum tahu). Dan definisi jualan ini agak abu-abu ya seperti contoh Mbak Kim tadi," tambahnya.


Hide Ads