Yang Bikin Investor Sampai Bela-belain Beli Saham Pakai Utang

Yang Bikin Investor Sampai Bela-belain Beli Saham Pakai Utang

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 18 Jan 2021 14:29 WIB
Ilustrasi aplikasi saham
Ilustrasi/Foto: Fuad Hasim/detikcom

Di tengah euforia meroketnya pasar tiba-tiba muncul fenomena para tokoh, artis dan influencer yang ramai-ramai berbicara saham. Dengan memamerkan portofolionya membuat para investor newbie terhipnotis dan menjadikan mereka sebagai rujukan.

"Saat rebound kan pasar saham relatif tidak ada koreksi. Apalagi sekarang banyak 'influencer' saham di sosial media, mulai dari FB, IG, twitter, tiktok. Semakin ramailah yang ikut ke pasar saham," kata Desmond.

Nah tiba-tiba setelah itu muncul postingan menghebohkan itu tentang adanya investor newbie yang nekat membeli saham menggunakan uang panas. Mulai dari utang pinjol, nilep uang arisan hingga gadai surat rumah dan BPKB mobil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Praktisi dan Inspirator Investasi sekaligus penulis buku Bandarmology, Ryan Filbert rentetan fenomena itu terjadi sebenarnya terbaca polanya.

"Itu adalah kondisi umum yang terjadi ketika orang dalam keadaan susah, ingin cari uang cepat dan hari ini ada kemudahan dengan pinjol. Jadi ya mereka bukan sebagai investor tapi sebagai spekulator," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Ryan bukan tidak mungkin rentetan fenomena itu terjadi karena ada dalang di belakangnya yang disebut sebagai bandar. Nah bandar ini sebenarnya dibutuhkan dalam sebuah saham agar membuat saham itu tetap sehat.

Namun terkadang bandar ini berubah wujud menjadi bandit. Nah bandit inilah yang bisa jadi sebagai dalangnya. Dia memanfaatkan momentum ketika pasar tengah dibanjiri investor newbie.

"Bisa saja saya misalnya punya salah satu saham banyak. Saya bisa saja bayar arti untuk mempromosikan saham itu. Begitu minatnya tinggi, saya jualan. Akhirnya dengan modal bayar artis saja saya bisa untung," terangnya.

Ryan menegaskan, bandar yang berubah menjadi bandit sangat mungkin ada di pasar modal Indonesia. Sebab dari seluruh jumlah perusahaan tercatat di Indonesia jika dijumlahkan nilainya hanya seperempat dari nilai perusahaan Apple di AS.

"Dari 715 saham itu kalau ditotal hanya seperempat dari nilai perusahaan Apple, bayangkan. Jadi akan ada segitu banyaknya orang yang bisa mampu menggonjang-ganjingkan 1 saham. Mungkin saham yang bernilai tinggi BCA Rp 800 triliun, BRI Rp 600 triliun. Tapi cuma itu, perusahaan yang nilainya ratusan miliar itu sangat mudah dipermainkan, itu yang harus hati-hati," terangnya.


(das/eds)

Hide Ads