"Memang kuncinya bagaimana corporate action, karena investor ini melihatnya itu untuk forward looking, melihat potensi yang ada nanti di masa mendatang, kemudian investor bergerak lebih cepat menangkap peluang yang ada. Oleh karena itu kita lihat reli yang ada itu sangat signifikan untuk saham-saham BUMN," kata Thendra.
Menurut Thendra, di awal tahun ini saja, rata-rata kenaikan saham BUMN seperti ANTM dan emiten farmasi khususnya sudah mencapai lebih dari 20%. Ditambah pemberitaan cukup masif belakangan ikut jadi pemicu lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain aksi korporasi kita melihat juga di era kita melihat untuk perkembangan teknologi, kemudian work from home ini pemberitaan memegang kunci yang sangat penting sehingga investor itu well inform," sambungnya.
Apalasi saat ini pasar modal dalam negeri lebih banyak didominasi investor ritel. Investor ritel kata Thendra identik mudah dipengaruhi oleh sentimen dari saham-saham yang ada.
"Sekarang yang menggerakkan pasar modal di Indonesia bukan lagi investor asing karena investor asing sekarang hanya berkontribusi sekitar 20% mostly di beberapa tahun lalu itu kontribusinya lebih dari 60% atau even kebalikan dari sekarang. Sekarang ritel yang memegang transaksi dj bursa yang ada, dan kalau kita lihat ritel itu lebih cenderung dipengaruhi oleh sentimen jadi kalau sentimennya bagus, kalau kita lihat keputusan investasi dari investor ritel itu jauh lebih cepat," terangnya.
(hns/hns)