Selain itu, harus paham betul risiko-risiko terburuk yang bisa terjadi di pasar modal. Menurut Aidil, risiko terburuk saat berani investasi di pasar modal adalah kehilangan sebagian besar uang yang ditaruh di saham tersebut.
"Kerugiannya ya bisa sebagian besar uangnya bisa hilang, semuanya juga bisa hilang, meskipun ada yang bilang, oh nilai saham paling kecil Rp 50, tapi kan itu tidak bisa dijual. Dijualnya harus di pasar nego, kalau di pasar nego kan berarti harganya kan tergantung yang mau beli saja, tapi ya sebetulnya uangnya bisa hilang 100% atau 99% lah bisa hilang," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, menurut Aidil, kasus rugi besar seperti ini hanya terjadi pada saham-saham gorengan atau saham lapis ketiga.
Hal serupa disampaikan oleh Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas. Kerugiannya bisa sangat dalam, tapi lagi-lagi hal itu tergantung pada jenis saham yang dipilih. Biasanya kerugian di saham-saham blue chip atau lapis pertama masih bisa diperhitungkan dan masih ada kemungkinan untuk naik lagi dalam jangka panjang.
"Tergantung sahamnya. Untuk saham-saham yang tergolong big cap atau blue chip atau lapis pertama kerugiannya bisa diperhitungkan," terangnya.
Sebaliknya, kerugian paling dalam sering terjadi di saham-saham lapis kedua atau ketiga terutama saham lapis ketiga, kerugiannya bisa di atas 50%. "Sedangkan untuk saham-saham yang market cap-nya kecil seperti saham lapis kedua dan ketiga bisa signifikan, lapis ketiga bisa di atas 50%" tuturnya.
Lihat Video: Pemerintah Diminta Atur Kriteria Pembicara Saham
(fdl/fdl)