Aliran scalping dalam berdagang saham menjadi salah satu yang digemari karena bisa menghasilkan cuan dalam hitungan detik, menit, bahkan jam. Scalping sendiri memang seni jual-beli saham dalam waktu singkat atau short time.
Salah satu scalper -julukan bagi para scalping- yang sukses berkecimpung dengan aliran tersebut, Bekti Sutikna menuturkan dalam aliran scalping, begitu trader mendapatkan cuan maka sahamnya secepatnya dijual kembali.
"Jadi scalping ini menurut saya punya beberapa kelebihan dibandingkan style lainnya karena di sini kita bisa langsung merasakan cuan. Itu dia salah satu yang saya inginkan dari cara scalping. Kalau kita investasi itu kan kita membelikan uang kita sebuah saham di mana memang kita tunggu terus. Tetapi kalau untuk scalping ini kita kan ibaratnya cuan bungkus, kita beli saham langsung profit kita jual," kata dia dalam program d'Mentor Rabu (20/10/2022) malam.
Tapi, sebagaimana bermain saham pada umumnya, para trader selain bisa untung juga bisa rugi. Hal itu tidak bisa dipungkiri karena saham sendiri mengandung volatilitas, harganya bisa naik dan bisa turun. Tapi kerugian bermain saham, termasuk dengan gaya scalping bisa diminimalisir.
Penting bagi para scalper memiliki trading plan, yakni dengan menetapkan batas maksimal kerugian. Begitu sudah mencapai batasnya, trader harus buru-buru menjual sahamnya demi meminimalisir kerugian (cut loss).
"Nah saya sudah mengukur risikonya, ketika saya beli saham itu juga saya sudah punya patokan misalnya kalau minus 2% sampai 4 persenan dari batasan itu, tidak sesuai harapan dari harga beli saya, saya cut loss," tutur Bekti.
Mungkin akan muncul pertanyaan, bagaimana jika harga saham yang di-cut loss tiba-tiba terbang tinggi? itulah risiko dari bermain saham. Setidaknya dengan cut loss, trader sudah mencegah kemungkinan terburuk andai kata saham yang dipertahankan terjun bebas.
Tak cuma menetapkan batas kerugian, dia juga menetapkan target profit sehingga tahu kapan saham harus dijual. Misalnya saham di portofolio ditarget naik 3-5% maka saat menyentuh angka tersebut saham langsung dijual.
"Tetapi ada kalanya kalau saham itu memang mau naik, artinya saya melihat dari peningkatan volume, news-nya masih bagus, secara analisa teknikal chart-nya juga masih uptrend ya saya diamkan biar mendapatkan profit maksimal," papar Bekti.
"Tapi kalau penurunan (harga saham) saya paling benar-benar ketat, aku punya prinsip ini wajib cut loss, kenapa selalu menekankan cut loss? bukannya nanti malah jadi rugi uangnya? nggak, karena di saham itu untuk seorang scalping kita akan masuk dari berbagai harga. Bisa jadi yang kita beli itu posisi atas, kalau nggak kita batasin justru berisiko," sambungnya.
Dia menambahkan, selalu ada peluang dalam trading saham. Jadi, suatu waktu boleh saja rugi, tapi yang terpenting yang harus dilakukan adalah membalikkan keadaan sehingga ujung-ujungnya profit.
"Walaupun kita melakukan cut loss itu karena memang cara saya untuk melindungi aset. Namun itu nanti yang paling penting ujung-ujungnya saya tetap profit," jelasnya.
(fdl/fdl)