Bursa Saham AS Anjlok, Investor Gemetar Ancaman Resesi Makin Dekat

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 17 Jun 2022 10:25 WIB
Bursa Saham AS Anjlok, Investor Gemetar Ancaman Resesi Makin Dekat/Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency
Jakarta -

Indeks saham Amerika Serikat (AS) jatuh pada Kamis. Investor khawatir terhadap ancaman resesi dan kebijakan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) meredam inflasi dengan menaikkan bunga acuan.

Dikutip dari CNN, Jumat (17/6/2022), The Fed mengerek bunga acuan hingga 75 basis poin atau 0,75%. Ini merupakan kenaikan terbesar dalam waktu 28 tahun.

Indeks Dow Jones merosot 692,04 poin atau 2,26% menjadi 29.976,49, S&P 500 turun 105,57 poin atau 2,79% menjadi 3.684,42, dan Nasdaq anjlok 355,94 poin atau 3,21% jadi 10.743,21.

Data ekonomi lainnya sedikit meredakan sentimen pasar. Tercermin dari indeks perumahan yang turun 3,5% lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya. Pasar saham juga mengharapkan lagi kenaikan bunga acuan pada bulan Juli mendatang.

Gubernur The Fed Jerome Powell menyebutkan kenaikan bunga acuan 75 bps sangat besar. Namun dia memberikan sinyal jika pada Juli akan ada kenaikan bunga acuan pada kisaran 50 atau 75 bps.

Kenaikan bunga acuan AS dilakukan untuk menekan inflasi yang sudah menyentuh level 8,6%. Hal ini diharapkan bisa membuat inflasi lebih stabil tanpa mengganggu pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain The Fed juga harus menjaga kestabilan harga dan tingkat pengangguran.

Namun kenaikan bunga The Fed di sisi lain juga bisa mengganggu proses pemulihan ekonomi di negara tersebut. Dikutip dari Washington Post, disebutkan saat ini bursa saham AS juga tertekan di tengah ancaman resesi.

Kenaikan bunga akan mempengaruhi suku bunga kredit di masyarakat. Nah hal ini akan mempengaruhi bunga kartu kredit, cicilan mobil dan KPR. Meskipun memang The Fed tak langsung mengatur tingkat bunga tersebut.

Tapi bunga di bank biasanya akan mengikuti perubahan acuan bank sentral. Banyak tantangan ekonomi yang membuat pasar khawatir masuk ke jurang resesi. Namun ada indikator yang bertentangan seperti tingkat pengangguran AS yang rendah dan masih tingginya belanja masyarakat.




(kil/ara)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork