Kurang dari enam bulan lalu, para bankir di Amerika Serikat (AS) yang tercatat di Wall Street menuai hasil dari ledakan bersejarah dalam merger dan penawaran umum saham perdana (IPO). Namun kekacauan di pasar belakangan memunculkan gelombang PHK pertama kali sejak 2019.
Untuk pertama kali dalam beberapa tahun, karyawan bank tampak lebih unggul. Mereka menolak kembali ke kantor setelah menerima bonus jumbo hingga kenaikan gaji, tapi itu sudah berakhir.
"Saya tidak dapat melihat situasi di mana bank tidak melakukan PHK pada paruh kedua tahun ini," kata Kepala Perusahaan Rekrutmen DMC Partners, David McCormack dikutip dari CNBC, Selasa (28/6/2022).
Industri tertatih-tatih memasuki musim panas yang biasanya lebih lambat akibat penurunan aset keuangan yang tajam, ketidakpastian akibat perang di Ukraina, dan langkah bank sentral memerangi inflasi.
Jumlah perusahaan yang IPO turun 91% di AS dibandingkan tahun sebelumnya. Perusahaan tidak mampu menerbitkan saham atau obligasi yang menyebabkan penurunan tajam dalam pendapatan pasar modal hingga 75%. Perusahaan juga tidak melakukan akuisisi yang membuat penurunan 30% dalam volume transaksi tahun ini.
Bulan lalu, Presiden JPMorgan Chase Daniel Pinto mengatakan para bankir menghadapi tantangan dan penurunan pada kuartal II sebesar 45%. Sedangkan CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon memperingatkan investor bulan ini bahwa ekonomi akan dibayangi badai dan bank bersiap untuk pasar yang bergejolak.
"Tidak diragukan lagi bahwa kita melihat lingkungan pasar modal yang lebih keras," kata Presiden Goldman Sachs John Waldron.
Industri ini memiliki rekam jejak yang panjang dalam memperkerjakan karyawan di masa jayanya, namun dibayangi ancaman PHK ketika industri lesu.
Lihat juga Video: 20 Perusahaan Startup di Dunia yang PHK Karyawan Besar-besaran
(ara/ang)