Kondisi KFC Berat: Utang Bengkak Jadi 3,97 T, PHK 400 Karyawan

Andi Hidayat - detikFinance
Jumat, 03 Okt 2025 05:58 WIB
Foto: Getty Images
Jakarta -

Pengelola restoran cepat saji KFC, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) masih menghadapi kondisi berat dari sisi neraca keuangan maupun operasional. Berdasarkan laporan keuangan, KFC masih mengalami rugi hingga Rp 138,75 miliar di semester I 2025.

Kemudian, KFC juga membukukan liabilitas atau utang yang terus membengkak. Hingga semester I 2025, utang KFC tercatat sebesar Rp 3,97 triliun membengkak dari posisi di akhir Desember 2024 yakni Rp 3,40 triliun.

1. Penyebab Utang Bengkak

Direktur Fast Food Wahyudi Martono, menjelaskan peningkatan liabilitas terjadi karena perseroan melakukan refinancing atau pembiayaan kembali utang dari pinjaman baru.

"Perubahan itu terjadi karena kita di tahun 2025 sampai dengan Juni, kita melakukan refinancing terhadap fasilitas yang ada, di mana fasilitas-fasilitas yang ada di tahun 2024 itu dibayarkan secara penuh kewajibannya, tapi di rollover, fasilitas yang sifatnya lebih panjang atau dari short term facility menjadi long term facility. Itu yang kita lakukan," jelas Wahyudi dalam acara Public Expose secara virtual, Kamis (2/10/2025).

Kemudian dari sisi ekuitas, KFC mencatat pertumbuhan tipis menjadi Rp 129,94 miliar di paruh pertama 2025 dari Rp 127,73 miliar di Desember 2024. Wahyudi menerangkan, pertumbuhan ekuitas ini mencerminkan peningkatan kinerja. Ia menjelaskan, KFC melakukan efisiensi di segala bidang, baik dari sisi operasional maupun pengurangan jumlah karyawan.

"Untuk bidang operasi juga di store, kita menyesuaikan jumlah kru dengan transaksi pada saat ini, sehingga terjadi performance store yang profitable. Nah kemudian untuk support, kita melakukan efisiensi, yaitu dengan melakukan penggabungan dari beberapa support center menjadi centralized di Jakarta, dan juga adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada access employee yang kita punya," jelasnya.

2. Tutup 19 Gerai & PHK 400 Karyawan

Sampai dengan September 2025, KFC telah menutup 19 gerai dan melakukan PHK terhadap sekitar 400 karyawan. Kendati demikian, penutupan tersebut tidak bersifat permanen karena sebagian restoran hanya dipindahkan ke lokasi yang dianggap lebih strategis.

Ke depannya, perusahaan restoran cepat saji tersebut berencana membuka kembali gerai baru maupun melakukan relokasi. Namun, Wahyudi belum mengungkapkan secara rinci lokasi pembukaan restoran baru tersebut.

"Kita akan tetap melakukan ekspansi usaha dalam bentuk pembukaan gerai-gerai baru dan juga bentuk pembukaan gerai-gerai baru di mana yang sifatnya relokasi atau menggantikan gerai-gerai yang lama yang sudah tidak berpotensi untuk mendapatkan sales yang baik," ujar dia.

3. Dampak Boikot-Daya Beli Lesu

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, KFC membukukan penyusutan pendapatan dari Rp 2,48 triliun menjadi Rp 2,40 triliun. Wahyudi menyebut, transaksi penjualan menurun tajam imbas turunnya daya beli masyarakat.

"Kita merasakan sekali adanya penurunan daya beli dari masyarakat yang menyebabkan transaksi kita juga mengalami penurunan yang cukup besar," ungkapnya.

Di sisi lain, neraca keuangan KFC juga masih belum pulih sepenuhnya dari imbas pandemi COVID 19. Ditambah lagi dengan gerakan boikot yang terjadi pada periode 2023-2024 yang menyebabkan turunnya pendapatan KFC.

"Kalau dilihat dari tantangan yang ada, perseroan mengalami berbagai macam tantangan mulai dari COVID yang terjadi dimulai tahun 2020 sampai adanya boikot di tahun 2023 sampai 2024," jelasnya.

Saksikan Live DetikPagi :




(acd/acd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork