Aline Wiratmaja seorang perencana keuangan menyebutkan bahwa tidak ada rasio khusus bagi seseorang untuk menjadi full time trader. Namun, ia mengingatkan perlunya dana darurat yang harus dipegang berjumlah setidaknya 6 kali jumlah pengeluaran per bulan.
"Tapi kalau kita baru mulai merintis di market, dari buku yang saya baca misalnya 'trading for living' itu berkata bahwa banyak orang merasa kalau modal itu faktor penentu kesuksesan mereka di market. Padahal kalau level kita masih merintis, untuk mencapai perolehan yang konsisten, modal itu bukan penentu utama," ungkap Aline dalam d'mentor Kamis, (20/7).
Lebih lanjut Aline menjelaskan bahwa faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain money management, Kontrol kerugian, dan manajemen resiko. Selain itu, layaknya sebuah usaha, seorang calon trader juga perlu mampu mengendalikan emosinya. Hal itu berkaitan dengan kecepatan serta ketepatan pengambilan keputusan saat mengalami dinamika di pasar saham.
Nominal modal, menurut Aline sangat tergantung dengan gaya hidup trader itu sendiri. Merujuk pada pengalaman Daniel Liem, salah satu narasumber di d'Mentor, seseorang bisa saja menginvestasikan 90% hartanya di pasar saham, asal dana sekuritas masih bisa dijaga dan dikelola.
"Dari penghasilan saya itu paling Cuma dipakai 5 - 10%. Jadi 90% itu selalu saya masukin ke saham semua. Sampai sekarang ya masih 90% ada saya simpan di saham. Cuma saat ini saya mulai alihkan beberapa ke aset-aset aman untuk cadangan nanti kalau ada sesuatu," ungkap Daniel.
Saksikan juga video lengkap d'Mentor: Hidup Dari Saham, Bisa?
(vys/vys)