Setiap Minggu pagi, sejak pukul delapan, halaman rumah Ketua Rukun Tetangga di Jalan Jalur Kuning RT 04/11, Kelurahan Sudimara Jaya, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, ramai didatangi masyarakat. Mereka berbondong-bondong dan berbaris sambil menenteng karung besar isi sampah yang dibawa dari rumah masing-masing.
Sampah yang mereka bawa bukanlah sampah sembarangan, melainkan sampah yang sudah dipilah organik dan non-organik. Mulai dari sampah rumah tangga sisa makanan, minyak jelantah, kardus, logam hingga botol plastik yang masih bisa didaur ulang.
Semua sampah itu dikumpulkan dan dicatat menjadi tabungan di Bank Sampah Darling. Setiap kilogram sampah yang sudah dipilah memiliki nilai ekonomis yang bisa dikonversi menjadi uang dan dapat diambil kemudian hari tergantung kebutuhan masyarakat.
Mujiati adalah salah satu warga sekitar yang aktif menjadi anggota nasabah di bank sampah sejak tahun 2020. Ia termotivasi memilah sampah dari rumah setelah adanya edukasi kesadaran lingkungan.
Mujiati bercerita biasa menyetor sampah sisa-sisa kardus tak terpakai yang dibawa suaminya di tempat kerja. Ia juga rutin mengumpulkan bekas botol plastik hasil konsumsi rumah tangganya. Jika dijumlahkan total setiap minggunya mencapai 10-20 kilogram.
Hasil setoran sampah Mujiati tidak langsung dicairkan. Ia biasanya ditabung terlebih dahulu berbulan-bulan dan diambil jika ada keperluan darurat. Rata-rata tabungan sampah yang ia dapat jika dirupiahkan bisa mencapai Rp 300-400 ribu.
"Setelah 5 tahunan nabung, saya udah 3 kali ngambil, pertama Rp 300 ribu, kedua Rp 400 ribu, ketiga Rp 300 ribu. Sekarang belum ambil lagi," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Dia bersyukur kehadiran bank sampah ini sedikit banyaknya bisa membantu menambah perekonomian keluarganya. Hasil tabungan bank sampah ini biasa ia gunakan untuk biaya pendidikan anak dan membeli kebutuhan sembako.
Baca juga: Jurus Bank BUMN Dorong Gerakan Energi Bersih |
Gerakan Sadar Lingkungan
Ketua RT sekaligus Ketua Bank Sampah Darling, Sobirin mengatakan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan seperti Mujiati sudah jadi rutinitas warga di Kampung Darling. Nama kampung ini sendiri diambil dari akronim Sadar Lingkungan.
Kampung Darling terbentuk setelah adanya program sosialisasi membangun kampung tematik yang digelar Pemerintah Kota Tangerang. Kemudian dideklarasikan oleh warga pada 19 Juni 2019 dengan fokus pada pengelolaan sampah.
"Saya melihat saat itu yang sering jadi masalah adalah masalah sampah, kumpul angkut buang, kumpul angkut buang, dan bayar. Terus kadang kala tukang angkutnya telat, akhirnya sampah numpuk. Jadi yaudah di program kampung tematik ini kita fokus pada pengelolaan sampah," ungkap Sobirin.
Lebih lanjut, Sobirin dibantu pendiri bank sampah pertama di Kota Tangerang mendirikan Bank Sampah Darling pada 20 Februari 2020. Gaji per tiga bulan Rp 1,1 juta yang didapatnya sebagai Ketua RT, ia gunakan sebagai modal awal membangun Bank Sampah di pemukimannya.
Sobirin kemudian mengedukasi warga bahwa sampah sekecil apapun ada harganya. Bahkan, setiap momen HUT Kemerdekaan pihaknya memberikan voucher belanja UMKM senilai Rp10 ribu kepada nasabah jika melakukan penyetoran sampah terpilah minimal 10 kilogram berlaku kelipatan.
Menurut Sobirin, kegiatan ini membuat masyarakat terbiasa untuk memilah sampah seperti botol plastik menjadi tiga bagian. Mulai dari tutup botolnya, label kemasan, dan botol plastik. Masing-masing item tersebut memiliki nilai berbeda-beda.
"Contoh dalam 1 botol plastik itu ada 3 barang yang masing-masing ada nilainya. Harganya juga beda-beda. Tutup botol sekarang Rp 3.500-5.000 per kg, botol bersih, Rp 3.000-7.000 fluktuatif. Pendapatan masyarakat juga jadi bertambah. Misal yang tadinya dapat Rp 100 ribu sebulan, bisa jadi 150-200 ribu kalau sampahnya dipilah sesuai dengan jenisnya," jelasnya.
Bank Sampah Darling kemudian menerapkan sistem 70 persen untuk nasabah dan 30 persen untuk operasional pengelolaan dari hasil penjualannya. Dana itu juga dipakai untuk program sosial seperti Rumahku Merdeka Sampah hingga 1 Rumah 1 Eco Enzyme.
Selang 5 tahun, Bank Sampah Darling dari hanya memiliki 50 nasabah pada tahun awal terbentuk, kini sudah memiliki 300 nasabah aktif yang tersebar di 12 RW Kelurahan Sudimara. Bank Sampah ini rata-rata bisa mengumpulkan sebanyak 3-5 ton sampah setiap bulannya.
"Tahun ini termasuk paling banyak bisa sampai 5 ton, dalam 1 bulan di bulan Agustus. Kebetulan di bulan Agustus ini ada 5 minggunya, jadi rata-rata seminggu itu ada 1 ton. Selain Agustus, berkisar antara 700-800 kg sampah per minggu atau sekitar 3,5-4 ton per bulan," ungkapnya.
Simak Video "Badai Emas Pegadaian: Siap-siap Badai Hadiah!"
(akd/akd)