RI Darurat Sampah, Mau Disulap Jadi Listrik

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 01 Okt 2025 07:00 WIB
CEO Danantara Rosan Roeslani/Foto: detikcom/Ilyas Fadilah
Jakarta - Indonesia mengalami darurat sampah. Menurut CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), Rosan Roeslani, darurat sampah yang dihadapi Indonesia sudah memasuki tahap yang luar biasa.

Untuk mengatasi itu, pemerintah bakal menjalankan program waste to energy (WTE) atau konversi sampah menjadi energi. Proyek tersebut menjadi salah satu prioritas yang bakal digarap langsung Danantara.

"Darurat sampah ini sudah semakin luar biasa, tidak hanya di Jakarta, tetapi banyak di kota-kota besar lainnya, dan kami meyakini bahwa waste to energy adalah suatu solusi jangka panjang yang bisa menyatukan isu lingkungan, kesehatan, dan juga energi," ujar Rosan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengolah Sampah Menjadi Energi di Wisma Danantara, Jakarta Selatan, Selasa (30/9/2025).

Rosan menambahkan, Indonesia menghasilkan sampah hingga 35 juta ton per tahun atau setara 16.500 lapangan bola. Bahkan jumlah sampah tersebut dapat menutupi wilayah Jakarta dengan ketebalan 20 cm.

"Indonesia ini setiap tahun kita menghasilkan 35 juta ton sampah atau setara dengan 16.000, hanya untuk ilustrasi, 16.500 lapangan bola. Kalau kita lihat 3,5 juta ton sampah itu menutupi Jakarta, seluruh Jakarta dengan lapisan kurang lebih 20 centimeter. Jadi bisa dibayangkan begitu banyak sampah yang kita hasilkan setiap tahunnya," beber Rosan.

Tanpa pengelolaan yang tepat, krisis sampah makin memburuk. Tercatat saat ini 61% sampah tidak terkelola dengan baik, dibuang sembarangan atau dibakar secara terbuka.

Sebanyak 38% sampah sudah terkelola, yang mana sampah tersebut dikumpulkan, dipilah, dan diangkut ke pusat pengolahan sampah. Namun ia mengingatkan adanya gas metana yang dihasilkan dari tempat pemrosesan akhir yang menyumbang 2-3% emisi gas rumah kaca nasional.

"Tempat pembuangan sampah ini kurang lebih sekarang menyumbang kurang lebih 2-3% emisi gas rumah kaca nasional yang sebetulnya metana ini jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan CO2 serta bisa menimbulkan polusi udara, air, dan tanah yang mengancam masyarakat," tutupnya.


(ily/acd)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork