Rencana Pembangkit Listrik Terbesar Dunia di Cilacap dan Misteri Investornya

Rencana Pembangkit Listrik Terbesar Dunia di Cilacap dan Misteri Investornya

- detikFinance
Senin, 10 Nov 2014 10:50 WIB
Rencana Pembangkit Listrik Terbesar Dunia di Cilacap dan Misteri Investornya
Hingga kini, latar belakang investor PLTU 'raksasa' Cilacap, Jawa Tengah, yaitu PT Jawa Energi masih misterius. Padahal investasi pembangunan PLTU terbesar di dunia tersebut diperkirakan mencapai Rp 100 triliun lebih.

"Kami juga masih cari tahu siapa PT Jawa Energi ini, karena kapasitas pembangkit yang dibangun sangat besar sekali, biaya investasi yang dibutuhkan juga tidak kecil bisa Rp 100 triliun lebih," ujar Manajer Senior Komunikasi Korporat PT PLN (Persero) Bambang Dwiyanto kepada detikFinance.

Bambang menambahkan, yang ia tahu ada nama perusahaan listrik yakni PT Jawa Power. Namun informasi soal PT Jawa Energi, Bambang belum tahu latar belakang perusahaan tersebut.

"Kami tahunya Jawa Power yang mengelola PLTU Paiton, apalagi katanya Jawa Energi mempunyai proyek pembangkit listrik di Buleleng, Bali dan Kalimantan Utara, nanti kami cari informasinya lagi," ujar Bambang.

Sebelumnya, Menteri ESDM Sudirman Said juga mengaku belum kenal siapa PT Jawa Energi yang akan membangun proyek di atas tanah milik TNI AD dan Polisi tersebut.

"Perusahaannya saya juga belum kenal dengan mereka, tapi saya dikenalkan oleh Bupati Cilacap," ucapnya.

Sudirman mengungkapkan, informasi yang diberikan Bupati Cilacap kepada dirinya, Jawa Energi merupakan perusahaan yang sudah teruji. Perusahaan ini mengoperasikan PLTU di Buleleng, Bali dan Kalimantan Utara.

"Bagi saya pertama-tama saya akan percaya orang dulu, sampai terbukti nggak bisa dipercaya. Saya akan menengok ke Buleleng dan Kalimantan," ungkapnya.

Ia menegaskan, bagi negara, apa yang dilakukan Jawa Energi justru sangat baik, karena bergerak sendiri, tanpa harus meminta jaminan listriknya dibeli dengan harga berapa oleh PLN.

"Ini IPP (Independent Power Producer/pembangkit listrik swasta) yang menarik dan semoga tidak ada masalah. Perusahaan ini tidak minta kontrak-kontrak dulu, berapa Power Purchase Agreement (PPA/perjanjian harga listriknya), tapi mereka bangun dulu pembangkitnya baru PPA," kata Sudirman.
Hide Ads